UNICEF: Jumlah Anak Stunting di Indonesia Sangat Tinggi

Jumlah anak stunting di Indonesia masih sangat tinggi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 05 Mei 2021, 18:18 WIB
Seorang anak tertidur di atas ayunan buatan di permukiman padat penduduk di kawasan Cakung, Jakarta, Senin (15/2/2021). Jika dibandingkan dengan September 2019, jumlah penduduk miskin di perkotaan naik 1,32 persen, sedangkan di perdesaan naik 0,60 persen. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - UNICEF merilis laporan level malnutrisi anak edisi 2021. Laporan itu mengungkap kondisi jutaan anak-anak yang kegemukan, kurang nutrisi, hingga stunting di dunia.

Diperkirakan ada 149,2 juta anak-anak yang mengalami stunting. Angka itu setara 22 persen anak-anak balita di dunia pada 2020.

Data tersebut merupakan hasil estimasi data yang diambil sebelum 2020, sebab COVID-19 menghalangi pengumpulan data. UNICEF khawatir data sebenarnya lebih buruk akibat dampak pandemi.

UNICEF berkata anak-anak yang menderita stunting tidak hanya menghadapi masalah tinggi badan dan perkembangan otak, tetapi berpengaruh ke ekonomi mereka saat dewasa.

"Mereka menghadapi kesulitan belajar di sekolah, berpenghasilan lebih kecil sebagai orang dewasa, dan menghadapi halangan untuk berpartisipasi dalam masyarakat mereka," tulis UNESCO, dikutip Rabu (5/5/2021).

Data di Indonesia juga mengkhawatirkan. Jumlah anak stunting di Indonesia masih dianggap sangat tinggi, meski menurun dibanding 2012.

Berdasarkan estimasi UNICEF, ada 31,8 persen anak stunting di Indonesia, sehingga meraih predikat very high (sangat tinggi).

Angka di Indonesia lebih tinggi dibandingkan Korea Selatan (2,2 persen), Jepang (5,5 persen), Malaysia (20,9 persen), China (4,7 persen), Thailand (12,3 persen), Filipina (28,7 persen), dan Kenya (19,4 persen).

Meski begitu, persentase stunting di Indonesia lebih rendah dari di Kongo (40,8 persen), Ethiopia (35,3 persen), dan Rwanda (32,6 persen).

"Usaha-usaha yang lebih intensif akan dibutuhkan jika dunia ingin meraih target global mengurangi anak-anak stunting menjadi 104 juta pada 2025, dan menjadi 87 juta pada 2030," tulis UNICEF.

Saksikan Video Pilihan Berikut:


Masalah Nutrisi

Pengemis bersama anaknya saat berada di lampu merah kawasan Karet, Jakarta, Minggu (18/10/2020). Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan angka kemiskinan di Indonesia naik pada periode September 2020. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Selain itu, ada 45,4 juta kekurangan nutrisi (wasting). Wasting adalah ketika anak-anak mengalami bahaya kesehatan akibat buruknya nutrisi.

UNICEF memprediksi jumlah anak-anak yang terdampak wasting sebetulnya 15 persen lebih banyak akibat COVID-19.

Ada juga 38,9 juta anak mengalami kegemukan (overweight) akibat kebanyakan kalori dan kurangnya aktivitas.

Di Indonesia, jumlah anak kegemukan naik dari 8,2 persen pada 2012, menjadi 11,1 persen pada 2020. Persentase ini termasuk tinggi. Masalah lainnya adalah Indonesia mendapat predikat keunguan dalam kategori ini, artinya progresnya makin buruk.

Terkait wasting, UNICEF menggunakan data 2018 bahwa 10,2 persen anak Indonesia mengalami wasting. Indonesia masuk kategori high (tinggi).

Dalam penanggulangan wasting, Indonesia dapat predikat kuning, artinya meski programnya off-track, tetapi ada progres.

Laporan UNICEF ini dibuat dengan kolaborasi bersama WHO dan World Bank Group. 


Saksikan Video Pilihan Berikut:

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya