Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada perdagangan Rabu setelah mengalami kenaikan selama dua hari meskipun stok minyak mentah AS turun lebih tajam dari yang diharapkan.
Kontrak berjangka Brent dan AS mencapai level tertinggi sejak pertengahan Maret dalam perdagangan intraday sebelum harga minyak turun.
Advertisement
Harga minyak USD 70 per barel telah bertindak sebagai penghalang pasar sejak Maret, dengan investor tidak mau menaikkan harga minyak karena infeksi virus corona melonjak di beberapa bagian dunia.
Dikutip dari CNBC, Kamis (6/5/2021), harga minyak mentah Brent turun 5 sen menjadi USD 68,83 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup turun 6 sen atau 0,09 persen pada USD 65,63 per barel.
Persediaan minyak mentah AS turun 8 juta barel dalam sepekan hingga 30 April menjadi 485,1 juta barel, melebihi ekspektasi penurunan 2,3 juta barel, kata Administrasi Informasi Energi.
Ekspor minyak naik menjadi 4,1 juta barel per hari, terbesar sejak Maret tahun lalu, dan produksi penyulingan juga mencapai tertinggi sejak bulan itu.
Pembatasan terkait pandemi di Amerika Serikat dan sebagian Eropa berkurang, tetapi infeksi covid-19 masih meningkat di India dan Jepang.
Kenaikan harga minyak ke level tertinggi hampir dua bulan telah didukung oleh peluncuran vaksin COVID-19. Di Amerika Serikat, lebih dari 40 persen orang dewasa telah menerima setidaknya satu suntikan dan lebih dari setengah orang dewasa di Inggris Raya, meskipun banyak negara di seluruh dunia hanya memvaksinasi sebagian kecil dari populasi mereka.
“Aktivitas penyulingan seharusnya hanya meningkat mulai sekarang, sementara permintaan Asia diatur untuk meningkatkan ekspor minyak AS ke depannya,” kata Matt Smith, Direktur Riset Komoditas di ClipperData.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lonjakan Kasus Covid-19
Aktivitas bisnis zona Eropa meningkat bulan lalu karena industri jasa yang dominan di blok itu mengabaikan lockdown baru dan kembali ke pertumbuhan.
India, konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, sedang memerangi lonjakan infeksi COVID-19. Impor minyak negara itu pada bulan Maret naik dari bulan sebelumnya, didukung oleh aktivitas ekonomi yang meningkat, tetapi diperkirakan akan turun lagi karena kebijakan lockdown terbaru.
"Jika kita akhirnya melihat penguncian (lockdown) nasional diberlakukan, ini kemungkinan akan memukul sentimen," kata analis ING Economics.
Advertisement