Misbar, Redupnya Industri Layar Tancap

Industri layar tancap kian meredup di tengah persaingan dunia hiburan di Tanah Air.

oleh Komarudin diperbarui 07 Mei 2021, 09:43 WIB
Adul (29) mengecek kualitas film seluloid 35mm untuk pertunjukan layar tancap di gudang rumahnya di Jakarta, Rabu (28/4/2021). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Layar tancap jadi salah satu hiburan yang cukup populer pada era 1980--awal 2000-an. Mereka yang menggelar acara pernikahan biasanya 'menanggap' layar tancap di tanah lapang sehingga sempat muncul istilah 'misbar' atau 'gerimis bubar].

Saat itu, kehadiran layar tancap tak sekadar untuk tontonan yang menghibur warga, tapi juga menunjukkan status sosial seseorang. Biasanya mereka yang menyewa layar tancap untuk acara hajatan adalah mereka yang berkantung tebal.

 

Adul (29) menyiapkan film seluloid 35mm untuk pertunjukan layar tancap di gudang rumahnya di Jakarta, Rabu (28/4/2021). Biasanya Adul dan ayahnya menyewakan peralatan dan film seluloid 35mm untuk layar tancap dengan harga Rp50 ribu sampai Rp200 ribu saja. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Seiring munculnya gedung-gedung bioskop, secara perlahan-lahan layar tancap pun kian sulit bernapas. Orang mulai tertarik menonton di bioskop dengan film yang lebih variatif dan terbaru serta lebih nyaman, tanpa diganggu nyamuk.

 

Adul (29) menyiapkan film seluloid 35mm untuk pertunjukan layar tancap di gudang rumahnya di Jakarta, Rabu (28/4/2021). Selama pandemi order penyewaan untuk layar tancap terjun bebas hingga menurun 90 persen. Pemberlakuan kebijakan selama Covid-19 sungguh sangat menampar usaha mereka. (Liputan6.com

Kerinduan terhadap layar tancap juga sempat diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Jakarta Biennale 2013 untuk menghidupkan layar tancap sebagai hiburan warga. Lewat Kineforum Misbar acara diadakan di lapangan futsal Monumen Nasional (Monas), seperti dilansir dari antaranews, Kamis, 6 Mei 2021.

Peralatan dan film seluloid 35mm terlihat di gudang rumah adul (29) di Jakarta, Rabu (28/4/2021). Dimasa emasnya, layar tancap merupakan ajang bergengsi bagi orang yang bisa menyuguhkannya untuk warga saat menggelar hajatan di desa. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Misbar dinilai sebagai acara nostalgia tentang bioskop rakyat. Film-film yang ditayangkan saat itu di antaranya Apa yang Kau Tjari, Palupi?, Kejarlah Daku Kau Kutangkap.

Adul (29) saat memutar film layar tancap di gudang rumahnya di Jakarta, Rabu (28/4/2021). Adul mengaku saat ini usahanya sedang istirahat, karena kondisi pandemi dan sebagian alat mereka yang “ngadat” alias rusak. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Apa yang dirasakan Adul (29) tentang megap-megapnya layar tancap juga sebenarnya dirasakan Herman, yang tinggal di Karang Tengah, Tangerang. Ia juga memiliki penyewaan film seluloid untuk layar tancap, termasuk proyektor dan layarnya.

 

Adul (29) mencari film seluloid 35mm untuk pertunjukan layar tancap di gudang rumahnya di Jakarta, Rabu (28/4/2021). Sambil sesekali saat alat bisa digunakan mereka menggelar layar tancap untuk menghibur warga di lingkungan mereka saja. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sepinya penyewaan itu membuat Herman sering memutar layar tancap saat bersama teman-temannya. Kepada Liputan6.com, lelaki yang juga menyewakan sound system itu berusaha untuk melestarikan layar tancap, meski kondisi kian sepi.

Adul (29) mengecek film seluloid 35mm untuk pertunjukan layar tancap di gudang rumahnya di Jakarta, Rabu (28/4/2021). Saat ini Adul dan ayahnya hanya bisa merawat peralatan dan film seluloid 35mm di gudang rumah mereka. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Herman menjelaskan terdapat dua jenis alat yang dimanfaatkan. Versi jadulnya memakai seluloid dengan pilihan film terbatas, sementara yang terbaru memakai teknologi digital dengan pengoperasian lebih mudah dan banyak opsi film.

 

Adul (29) mengecek film seluloid 35mm untuk pertunjukan layar tancap di gudang rumahnya di Jakarta, Rabu (28/4/2021). Bioskop modern telah menyingkirkan keberadaannya sebagai alternatif hiburan warga yang berada di kota ataupun kampung-kampung. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Memudarnya layar tancap juga tak hanya alasan kehadiran bioskop, tapi juga kehadiran hiburan lain, seperti kehadiran televisi dengan menayangkan film bagus, mulai dari film-film Bollywood hingga Hollywood dan 'drakor' (drama Korea), sinetron, dan hiburan lain, seperti musik.

Adul (29) mengecek video di sebuah layar di gudang rumahnya di Jakarta, Rabu (28/4/2021). Sebelum masa pandemi, industri layar tancap memang perlahan mulai redup. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Perkembangan teknologi komunikasi pun kian menyulitkan gerak industri layar tancap, salah satunya dengan kehadiran smartphone. Orang dengan mudah untuk menonton berbagai acara telepon genggam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya