Liputan6.com, Jakarta - Layar tancap jadi salah satu hiburan yang cukup populer pada era 1980--awal 2000-an. Mereka yang menggelar acara pernikahan biasanya 'menanggap' layar tancap di tanah lapang sehingga sempat muncul istilah 'misbar' atau 'gerimis bubar].
Saat itu, kehadiran layar tancap tak sekadar untuk tontonan yang menghibur warga, tapi juga menunjukkan status sosial seseorang. Biasanya mereka yang menyewa layar tancap untuk acara hajatan adalah mereka yang berkantung tebal.
Baca Juga
Advertisement
Seiring munculnya gedung-gedung bioskop, secara perlahan-lahan layar tancap pun kian sulit bernapas. Orang mulai tertarik menonton di bioskop dengan film yang lebih variatif dan terbaru serta lebih nyaman, tanpa diganggu nyamuk.
Kerinduan terhadap layar tancap juga sempat diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Jakarta Biennale 2013 untuk menghidupkan layar tancap sebagai hiburan warga. Lewat Kineforum Misbar acara diadakan di lapangan futsal Monumen Nasional (Monas), seperti dilansir dari antaranews, Kamis, 6 Mei 2021.
Misbar dinilai sebagai acara nostalgia tentang bioskop rakyat. Film-film yang ditayangkan saat itu di antaranya Apa yang Kau Tjari, Palupi?, Kejarlah Daku Kau Kutangkap.
Apa yang dirasakan Adul (29) tentang megap-megapnya layar tancap juga sebenarnya dirasakan Herman, yang tinggal di Karang Tengah, Tangerang. Ia juga memiliki penyewaan film seluloid untuk layar tancap, termasuk proyektor dan layarnya.
Sepinya penyewaan itu membuat Herman sering memutar layar tancap saat bersama teman-temannya. Kepada Liputan6.com, lelaki yang juga menyewakan sound system itu berusaha untuk melestarikan layar tancap, meski kondisi kian sepi.
Herman menjelaskan terdapat dua jenis alat yang dimanfaatkan. Versi jadulnya memakai seluloid dengan pilihan film terbatas, sementara yang terbaru memakai teknologi digital dengan pengoperasian lebih mudah dan banyak opsi film.
Memudarnya layar tancap juga tak hanya alasan kehadiran bioskop, tapi juga kehadiran hiburan lain, seperti kehadiran televisi dengan menayangkan film bagus, mulai dari film-film Bollywood hingga Hollywood dan 'drakor' (drama Korea), sinetron, dan hiburan lain, seperti musik.
Perkembangan teknologi komunikasi pun kian menyulitkan gerak industri layar tancap, salah satunya dengan kehadiran smartphone. Orang dengan mudah untuk menonton berbagai acara telepon genggam.