Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik bergerak bervariasi pada perdagangan saham Jumat pagi (7/5/2021) jelang rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Rilis data tenaga kerja AS ini sebagai indikasi bagaimana dengan langkah the Federal Reserve atau bank sentral AS selanjutnya.
Di Jepang, indeks saham Nikkei 225 melemah 0,29 persen, sedangkan indeks saham Topix mendatar. Di Korea Selatan, indeks saham Kospi naik 0,15 persen. Sedangkan indeks saham Australia menguat di tengah saham bank alami tekanan.
Advertisement
Sementara itu, bursa saham AS atau wall street menguat seiring klaim pengangguran lebih baik dari perkiraan.
"Ada pergerakan terbatas di pasar saham AS semalam karena data ekonomi yang relatif kuat diimbangi berita Pemerintahan Biden kemungkinan akan mempertahankan beberapa batasan era Trump pada investasi AS di beberapa perusahaan China," tulis analis ANZ dalam catatannya dilansir dari CNBC, Jumat (7/5/2021).
Investor akan melihat ke depan untuk menghitung gaji non pertanian AS pada April yang dirilis pada Jumat pekan ini. Ekonom memperkirakan sebanyak 1 juta gaji ditambahkan pada bulan lalu dan tingkat pengangguran kemungkinan menjadi 5,8 persen dari 6 persen.
Sebagai salah satu laporan ekonomi paling berpengaruh di pasar keuangan global, data tenaga kerja AS pada April akan menjadi penting karena dapat menunjukkan apa yang mungkin dilakukan the Federal Reserve selanjutnya.
Bank sentral AS telah berjanji untuk mempertahankan kebijakan suku bunga nol dan langkah-langkah pelonggaran lainnya hingga yakin pasar tenaga kerja kuat dan inflasi lebih panas.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Indeks Dolar AS
Indeks dolar AS turun 0,12 persen menjadi 90,84, dari posisi sebelumnya 91,20. Sementara itu, Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 109 per dolar AS.
Harga minyak naik pada Kamis setelah turun lebih dari satu persen. Harga minyak mentah berjangka AS diperdagangkan naik 0,2 persen ke posisi USD 64,84 per barel. Harga minyak Brent diperdagangkan naik 0,15 persen ke posisi USD 68,19.
Analis ANZ mengatakan, pemulihan yang tidak merata dari pandemi COVID-19 menyebabkan pasar merefleksikan prospek.
“Sementara permintaan di pasar utama seperti Eropa dan Amerika Utara pulih dengan kuat, gelombang baru kasus COVID-19 meningkatkan kekhawatiran tentang permintaan di Asia. Ini kemungkinan membatasi harga,” tulis Analis ANZ.
Advertisement