BI: Indonesia Masuk Dalam Fase Pemulihan Ekonomi

Ekonomi nasional diklaim telah berhasil melewati masa-masa sulit dengan ditopang oleh berbagai kebijakan pemerintah

oleh Athika Rahma diperbarui 07 Mei 2021, 11:45 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Ekonomi nasional diklaim telah berhasil melewati masa-masa sulit dengan ditopang oleh berbagai kebijakan pemerintah, mulai dari pemberian beragam stimulus baik dalam hal fiskal maupun juga moneter hingga program vaksinasi.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang paling cepat melakukan proses vaksinasi di masyarakat.

"Dengan berbagai upaya yang ada, kita kini tidak lagi hanya berkutat pada perbaikan kondisi perekonomian, namun telah berlanjut pada langkah pemulihan ekonomi nasional," ujar Perry dalam diskusi Digitalisasi Sistem Pembayaran di Indonesia Sebagai Upaya Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, dikutip dari keterangannya, Jumat (7/5/2021).

Perry melanjutkan, klaim telah membaiknya perekonomian nasional tersebut didasarkan pada catatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini telah berada di kisaran 4,1 hingga 5,1 persen. Capaian tersebut ditopang oleh kinerja ekspor yang membanggakan, dan juga diperkuat oleh sejumlah stimulus baik fiskal maupun moneter.

Tak hanya itu, stabilitas perekonomian makro juga tetap terjaga, dengan inflasi yang berada di level rendah. Inflasi terjaga di bawah dua persen, tepatnya mencapai 1,4 persen untuk posisi saat ini dan diproyeksi masih akan terjaga di level tiga persen dengan plus-minus satu persen hingga akhir tahun 2021.

"Lalu perbankan kita juga sangat kuat. Likuiditasnya melimpah, dengan tern suku bunga yang juga terus menurun. Ini semua membuat perekonomian kita saat ini jauh lebih baik disbanding masa-masa awal terjadinya pandemi," tutur Perry.

Dirinya menambahkan, tak hanya ditopang oleh banyak faktor yang dijelaskannya tadi, gelombang digitalisasi sistem pembayaran di masyarakat juga tampil sebagai game changer yang turut memperkuat Indonesia dalam menghadapi tekanan ekonomi akibat pandemi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Digitalisasi

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adanya pandemi yang membuat mobilitas masyarakat menjadi sangat terbatas, gelombang digitalisasi justru terbukti sukses membuat aktivitas perekonomian sehari-hari di masyarakat jadi tetap bergeliat. Dengan pergerakan yang serba terbatas, pembayaran secara digital menjadi semakin luas dan diminati.

"Transaksi e-commerce kita tahun lalu, misalnya, telah mencapai Rp 266 triliun. Insya Allah di tahun ini masih bisa tumbuh sekitar 39,1 persen menjadi Rp 370 triliun," ungkap Perry.

Tak hanya belanja lewat e-commerce saja yang tumbuh, penggunaan kanal elektronik untuk transaksi pada tahun lalu juga berhasil menembus angka Rp 205 triliun dan diperkirakan tumbuh sekitar 32,2 persen menjadi Rp 271 triliun pada tahun ini.

Lalu, untuk transaksi digital banking tercatat berhasil menembus angka Rp 27.000 triliun, dan pada tahun ini diproyeksikan masih bakal tumbuh sedikitnya sekitar 21,8 persen menjadi Rp 33.000 triliun.

"Digital banking secara perlahan telah menjadi new normal dalam sistem perbankan dan juga perekonomian nasional secara luas. Ini jelas menjadi game changer yang tak bisa dilepaskan dari kemampuan ekonomi Indonesia untuk terus pulih dari dampak tekanan pandemi", tegas Perry.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya