Proses Penarikan Pasukan dari Afghanistan, AS Kerahkan Perlindungan Ekstra

Presiden AS Joe Biden telah menetapkan batas waktu penarikan pasukannya sejak insiden 11 September.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 07 Mei 2021, 12:06 WIB
Tentara Amerika Serikat di Afghanistan pada Juni 2017 (File / AP PHOTO)

Liputan6.com, Kabul - Amerika Serikat telah mengerahkan sumber daya militer ekstra untuk melindungi pasukan dan koalisinya yang mundur dari Afghanistan.

Alat pengebom berat dan jet tempur akan dikerahkan untuk melindungi pasukan dan kontraktor sipil.

AS dan NATO telah hadir di Afghanistan selama hampir 20 tahun, demikian dikutip dari laman Al Jazeera, Jumat (7/5/2021).

Presiden AS Joe Biden telah menetapkan batas waktu penarikan pasukannya sejak insiden 11 September -- peringatan 20 tahun serangan 9/11 yang memicu perang.

Tetapi penarikan itu dilakukan di tengah meningkatnya kekerasan, dengan pasukan keamanan Afghanistan dalam siaga tinggi untuk serangan bentuk pembalasan.

Taliban telah diperingatkan untuk tidak lagi menargetkan pasukan internasional.

Di bawah kesepakatan yang ditandatangani tahun lalu antara militan dan Presiden Donald Trump, pasukan asing telah pergi pada 1 Mei sementara Taliban menahan serangan pasukan internasional.

 

Simak video pilihan di bawah ini:


Apa Saja yang Dipersiapkan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (tengah) didampingi Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berbicara kepada anggota militer saat mengunjungi Pangkalan Udara Bagram, Afghanistan, Kamis (28/11/2019). (AP Photo/Alex Brandon)

Enam pembom jarak jauh B-52 dan 12 pesawat tempur F-18 telah dikerahkan untuk melindungi kontingen yang berangkat dari 2.500 anggota layanan AS dan 16.000 kontraktor sipil, kata Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan.

Jenderal Milley menambahkan, tidak ada serangan terhadap AS dan pasukan koalisi sejak penarikan dimulai pada 1 Mei.

"Kurang dari satu minggu, penarikan akan berjalan sesuai rencana," kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin kepada wartawan.

Mengapa Ada Pasukan AS di Afghanistan?

Pada 11 September 2001, serangan di Amerika menewaskan hampir 3.000 orang.

Osama Bin Laden, kepala kelompok militan Islam al-Qaeda, dengan cepat diidentifikasi sebagai orang yang bertanggung jawab.

Taliban, Islamis radikal yang mengelola Afghanistan dan melindungi Bin Laden, menolak untuk menyerahkannya. Jadi, sebulan setelah 9/11, AS melancarkan serangan udara ke Afghanistan.

Ketika negara-negara lain bergabung dalam perang, Taliban dengan cepat disingkirkan dari kekuasaan.

Tetapi mereka tidak menghilang begitu saja - pengaruh mereka tumbuh kembali dan mereka berkembang.

Sejak itu, AS dan sekutunya telah berjuang untuk menghentikan runtuhnya pemerintah Afghanistan, dan untuk mengakhiri serangan mematikan oleh Taliban.

 


Bagaimana Situasi Saat Ini di Afghanistan?

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) mengambil makan malam saat mengunjungi Pangkalan Udara Bagram, Afghanistan, Kamis (28/11/2019). Kunjungan dadakan Trump pada hari Thanksgiving tersebut mengejutkan pasukan AS yang bertugas di Afghanistan. (AP Photo/Alex Brandon)

Penarikan pasukan AS dimulai dengan latar belakang bentrokan sengit antara Taliban dan pasukan pemerintah, dengan tidak adanya kesepakatan damai.

Pekan lalu, pengeboman mobil di Pul-e-Alam, provinsi Logar, menewaskan hingga 30 orang dan melukai 110 - kebanyakan siswa sekolah.

Presiden Biden mengatakan, penarikan AS dibenarkan karena pasukan AS telah memastikan negara itu tidak dapat lagi menjadi basis bagi jihadis asing untuk berkomplot melawan Barat.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan, pasukan pemerintah sepenuhnya mampu mencegah pemberontak.

Tetapi banyak yang tidak memiliki optimisme yang sama.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya