Wamenkes: Asma Tidak Bisa Disembuhkan tapi Dapat Dikendalikan

Wamenkes mengatakan, perilaku pencegahan terhadap paparan faktor risiko asma harus diutamakan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Mei 2021, 15:00 WIB
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono saat kerja sama dengan Aplikasi pesan instan Whatsapp (WA) di Ruang Johannes Leimena, Kantor Kemenkes RI, Jakarta, Selasa, 9 Maret 2021. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengingatkan bahwa asma tidak bisa disembuhkan, namun gejala-gejala klinis dari penyakit tersebut bisa dikendalikan.

Data WHO-SEARO 2012 menunjukkan dari 71 persen penyakit tidak menular penyebab kematian global, diperkirakan 1,4 juta meninggal karena penyakit saluran napas kronik, yang meliputi asma 7,8 persen dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) sebesar 86 persen.

"Di Indonesia, asma terjadi pada semua kelompok umur," kata Wamenkes dalam temu media virtual terkait Hari Asma Sedunia tahun 2021 pada Jumat (7/5/2021). "Asma tidak dapat disembuhkan, namun manifestasi klinis asma dapat dikendalikan," ujarnya.

Menurut Dante, perilaku pencegahan terhadap paparan faktor risiko asma seperti alergen dari tungau, bulu binatang, debu, pajanan asap rokok, dan udara dingin, lebih diutamakan ketimbang pengobatan.

"Intervensi awal untuk menghentikan dan mengurangi paparan terhadap faktor risiko asma sangat dibutuhkan," kata Wamenkes Dante.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Pentingnya Edukasi

Ilustrasi Penyakit Asma Credit: pexels.com/pixabay

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Cut Putri Arianie mengatakan, informasi dan edukasi bagi masyarakat juga berperan untuk mengurangi serangan asma pada pasien.

"Dan masyarakat juga patuh untuk mengikuti pengobatan dan anjuran dokter untuk berobat," kata Cut Putri. Ia menambahkan, pemerintah juga telah memasukkan asma ke dalam penerima manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi peserta BPJS Kesehatan.

Arto Yuwono Soeroto dari Perhimpunan Respirologi Indonesia pada kesempatan yang sama juga mengatakan bahwa informasi yang salah dan mitos, berdampak pada pasien asma itu sendiri.

"Kesalahpahaman atau mitos itu berakibat pada tidak optimalnya manfaat dari kemajuan tata laksana asma," katanya.

Maka dari itu, Kemenkes pun mendorong agar masyarakat mengakses informasi-informasi yang benar dari sumber yang resmi serta menghindari mitos-mitos tentang asma yang banyak beredar.


Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya