Liputan6.com, Islamabad - Meski sudah terlihat ancaman gelombang ketiga COVID-19, sejumlah tempat ibadah, seperti masjid masih dibuka dan didatangi para jemaah Pakistan.
Cemas atas amukan mematikan Virus Corona COVID-19 di negara tetangga India, para pejabat Pakistan terus memperketat pembatasan dan melarang perjalanan selama liburan Idul Fitri mendatang, yang menandai akhir bulan suci Ramadhan.
Advertisement
Tetapi mereka menutup mata terhadap pertemuan keagamaan, khawatir tindakan keras dapat memicu konfrontasi yang meluas di republik Islam yang sangat konservatif itu.
"Ada begitu banyak kekhawatiran tentang reaksi dari kelompok-kelompok agama," kata Saeedullah Shah, seorang dokter di gugus tugas Asosiasi Medis Islam Pakistan COVID-19.
"Ini pemerintah yang sangat lemah," katanya kepada AFP. "Semuanya setengah hati."
Pakistan telah mencatat lebih dari 840.000 kasus dan 18.500 kematian, tetapi dengan pengujian terbatas dan sektor kesehatan yang bobrok, banyak yang khawatir tingkat penyakit yang sebenarnya jauh lebih buruk.
Saksikan Video Berikut Ini:
Kondisi RS di Pakistan
Bangsal COVID-19 di beberapa kota telah penuh atau hampir berkapasitas selama berminggu-minggu karena varian virus yang lebih menular telah mendorong kasus ke angka rekor.
Tetapi, ketika pemerintah memohon kepada masyarakat untuk mengikuti "prosedur operasi standar", sebagaimana pedoman virus yang dikenal secara nasional, masjid malah menjadi 'negara lain'.
Maulana Muhammad Iqbal Rizvi - yang mengawasi masjid bersejarah Markazi Jamia di kota garnisun Rawalpindi - mengatakan, umat beriman tidak perlu takut, dan menolak membandingkan dengan India.
"Doa kami berbeda," katanya, dan bersikeras pembatasan diberlakukan setidaknya di bawah pengawasannya.
Advertisement