Total Tutup Semua SPBU di Indonesia, Kalah Saing dengan Pertamina?

PT Total Oil Indonesia resmi menutup bisnis untuk 18 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Jabotabek dan Bandung

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 07 Mei 2021, 14:00 WIB
SPBU Total. (www.id.total.com)

Liputan6.com, Jakarta PT Total Oil Indonesia resmi menutup bisnis untuk 18 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Jabotabek dan Bandung. Proses penutupan tersebut sudah dilakukan sejak akhir 2020 lalu.

"Ini artinya seluruh 18 SPBU di Jabotabek dan Bandung. Keputusan ini selaras dengan strategi Total secara global dalam hal manajemen portofolio kami secara aktif," ujar Marketing Manager Total Oil Indonesia, Magda Naibaho kepada Liputan6.com, dikutip Jumat (7/5/2021).

Mengutip keterangan dari situs resmi Total, perusahaan migas asal Perancis ini mulai beroperasi mengelola bisnis hilir minyak dan gas bumi sejak 2003. Bisnis hilir tersebut diawali melalui penjualan pelumas dengan merek Total dan ELF. Sementara untuk bisnis SPBU, Total memulai proyeknya sejak 2009.

Total bukan satu-satunya perusahaan migas asing yang sudah angkat kaki dari Tanah Air. Pada 2012 lalu, Petronas asal Malaysia telah lebih dulu memutuskan untuk menutup bisnis SPBU-nya di Indonesia.

Kabar Petronas balik kampung ke Malaysia kala itu disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM kala itu, Umi Asngadah mengatakan, 15 SPBU Petronas di Jakarta resmi berhenti operasi sejak Agustus 2012.

"Terdapat 19 SPBU (Petronas) berlokasi di Jakarta dan Medan, 15 SPBU di Jakarta sudah tutup sejak 31 Agustus 2012," kata Umi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rugi

Pemotor mengisi BBM di SPBU Pertamina, Jakarta, Kamis (15/6). Mulai tanggal 18 Juni-24 Juli, harga Pertamax menjadi Rp.8000 8000 yang berlaku di SPBU bertanda khusus yang tersebar di jalur mudik. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Umi menjelaskan, Petronas harus angkat koper dari Indonesia karena penjualan BBM yang terlalu kecil dan tidak bisa tutup biaya operasional. Aset SPBU yang ditinggalkan Petronas selanjutnya dialihkan ke perusahaan migas lain seperti PT Pertamina (Persero).

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) juga menilai SPBU Petronas di Indonesia tutup akibat ketidakefisienan operasi bisnisnya.

"Petronas di hilir itu mungkin karena salah kalkulasi, berkaitan dengan supply chain, masalah logistik. Mungkin dalam penanganan logistik dan rantai pasokannya dia tidak efisien," terang Kepala BPH Migas kala itu, Andy Noorsaman Sommeng.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya