Liputan6.com, Jakarta - Tahukah kamu ada berapa sampah antariksa yang saat ini mengorbit di atas Bumi? Diprediksi, saat ini lebih dari setengah juga keping sampah antariksa buatan manusia yang ada di orbit Bumi.
Sebagai informasi, sampah antariksa dapat didefinisikan sebagai objek yang sengaja ditinggalkan di orbit Bumi atau pun hasil dari tubrukan dua objek ketika ada misi luar angkasa.
Advertisement
Karena saking banyaknya jumlah dan beragam bentuk ukuran sampah antariksa yang mengorbit di atas Bumi, setiap penerbangan ke luar angkasa saat ini hingga masa mendatang semakin berbahaya setiap misinya.
Adapun sampah antariksa ini mulai menumpuk di orbit setelah manusia memulai percobaan untuk terbang ke luar angkasa, dan mulai mengirim satelit ke orbit pada akhir 1950-an.
Alih-alih kembali ke Bumi, kebanyakan satelit yang sudah mati atau rusak sengaja ditinggal di luar angkasa sehingga berpotensi memicu tabrakan dengan meteor atau puing-puing buatan manusia lainnya.
Seperti yang dapat kamu bayangkan, sampah antariksa tidak terbang begitu saja ke luar angkasa setelah ditabrak. Mereka akan terjebak di orbit terdekat karena gravitasi, atau turun ke Bumi.
The National Oceanic and Atmospheric Administration’s (NESDIS) dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengatakan, rata-rata antara 200 dan 400 objek terlacak memasuki atmosfer Bumi setiap tahun.
NESDIS melaporkan, dari jutaan keping puing ruang angkasa yang diperkirakan mengorbit planet ini, sekitar 30.000 di antaranya lebih besar dari bola softball dan hanya sekitar 1.000 yang merupakan pesawat ruang angkasa.
Data lebih dari 50 tahun menunjukkan, rata-rata satu bagian puing jatuh kembali ke Bumi setiap hari, meskipun tidak ada korban meninggal dunia yang dikonfirmasi atau cedera serius dari orang-orang yang terkena puing-puing ruang angkasa.
Tergantung dari tempat sampah antariksa tersebut jatuh, puing-puing ini dapat menyebabkan kerusakan pada Bumi dan membahayakan jiwa manusia yang berada di sekitarnya. Sangat mengerikan, bukan?
Tercatat, Skylab seberat hampir 100 ton milik NASA jatuh di sebuah kota kecil di Australia pada 1979. Sementara itu, stasiun luar angkasa seberat 43 ton Salyut-7 milik Uni Soviet mendarat di Argentina pada tahun 1991.
Paling terkini, Mei 2020 roket China Long March 5B melepaskan puing-puing di atas Pantai Gading Afrika, setelah menghabiskan seminggu di orbit Bumi yang rendah.
(Ysl/Isk)