Liputan6.com, Bordeaux - Sebuah kelompok hak-hak perempuan di Prancis meminta pemerintahan untuk mencabut aturan kepemilikan senjata setelah terjadinya insiden pembunuhan brutal seorang ibu dengan tiga anak.
Dikutip dari BBC, Jumat (7/5/2021), Chahinez (31) ditembak dan dibakar oleh suaminya sendiri.
Advertisement
Sebelum insiden tersebut, suami Chahinez pernah dijatuhi hukuman karena kekerasan dalam rumah tangga kurang dari setahun yang lalu.
Ia adalah wanita ke-39 yang dibunuh oleh pasangan atau mantan pasangannya tahun ini.
Kementerian Kehakiman dan Dalam Negeri telah meluncurkan penyelidikan atas kasus tersebut.
Kelompk hak asasi Prancis, La Fondation des Femmes, mengatakan bahwa saat ini, senjata digunakan dalam sepertiga pembunuhan wanita oleh pasangan atau anggota keluarga.
"Undang-undang mendorong polisi untuk menyita senjata dari para pelaku kekerasan dalam rumah tangga. Dan untuk alasan yang baik: setiap tahun, sepertiga dari femisida dilakukan dengan menggunakan senjata api," ujar organisasi itu dalam sebuah pernyataan.
Kronologi Kejadian
Jaksa penutut di Bordeaux mengungkapkan bahwa tersanga, Mounir B (45) menunggu di sebuah mobil van di luar rumah Chahinez sepanjang hari sebelum ia menyerangnya pada hari Selasa 4 Mei 2021.
Mounir B menembak Chahinez dua kali serta mengancam tetangga yang berusaha ikut campur sebelum melarikan diri dari tempat kejadian. Ia ditangkap 30 menit kemudian.
Selama penyelidikan, ia mengatakan bahwa ia ingin "menghukum" istrinya tetapi membantah berniat untuk membunuhnya. Ia mengtakan bahwa ia telah memperoleh senjata yang digunakan dari "imigran gelap di kota".
Chahinez memiliki dua anak dari pernikahan sebelumnya dan satu putra berusia lima tahun dengan Mounir B.
Ia datang ke Prancis dari Aljazair pada 2015 setelah menikahi dengan Mounir B.
Juni lalu, Mounir B dijatuhi hukuman 18 bulan penjara, setengahnya ditangguhkan, atas tuduhan kekerasan dalam rumah tangga. Di bawah persyaratan pembebasannya, ia dilarang menghubungi atau mendekati Chahinez.
Namun, saat Chahinez menghubungi polisi pada Maret lalu untuk melaporkan bahwa ia telah diserang oleh suaminya, mereka tidak menemukan Mounir B.
La Fondation des Femmes telah mengajukan pertanyaan tentang mengapa Mounir B tidak mengenakan label elektronik pada saat penyerangan.
Di Eropa Barat, Prancis dikatakan sebagai salah satu negara dengan tingkat kematian wanita tertinggi oleh pasangan mereka.
Menurut Eurostat, dari 2017, ada 0,18 korban per 100.000 wanita.
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement