SM dan YG Entertainment Lengser dari Jajaran Saham Unggulan di Bursa Korsel

SM dan YG Entertainment pertama kali alami degradasi masing-masing pada 2008 dan 2013.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 07 Mei 2021, 16:07 WIB
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - SM Entertainment dan YG Entertainment tidak lagi bertengger sebagai perusahaan blue-chip atau unggulan dalam sistem klasifikasi Bursa Korea Selatan (Korsel).

Merujuk pada data yang tercantum dalam Sistem Pengungkapan Elektronik Layanan Pengawasan Keuangan Bursa setempat telah menurunkan status saham SM Entertainment dan YG Entertainment tersebut. Dari perusahaan blue-chip menjadi bisnis menengah pada Senin, 3 Mei 2021.

Dilansir dari Soompi, Jumat (7/5/2021), ini adalah degradasi pertama SM Entertainment dalam statusnya sejak 2008. Hal serupa juga dialami YG. Hal  ini juga merupakan degradasi pertama YG sejak pertama kali menjadi blue-chip pada April 2013.

Menurut kriteria Bursa Korea untuk tinjauan klasifikasi berkala, perusahaan harus mencapai skala bisnis tertentu dan memenuhi persyaratan keuangan tertentu agar dianggap sebagai blue-chip. 

Berdasarkan skala bisnisnya, SM Entertainment dan YG Entertainment tidak akan terdegradasi. Pada tahun lalu saja, SM Entertainment memiliki kekayaan bersih lebih dari delapan kali lipat dari kriteria minimum yang disyaratkan untuk dianggap sebagai bisnis blue-chip.

Sementara YG Entertainment memiliki kekayaan bersih lebih dari enam kali lipat dari kriteria minimum yang disyaratkan.

Dalam tiga tahun terakhir (2018-2020), rata-rata penjualan SM Entertainment lebih dari 12 kali lipat dari kriteria minimum yang disyaratkan, sedangkan rata-rata penjualan YG Entertainment lebih dari lima kali lipat dari jumlah yang dipersyaratkan.

Namun, bisnis tersebut terdegradasi berdasarkan hasil negatif dalam laba bersih dan laba atas ekuitas (ROE). Selama tiga tahun terakhir, SM Entertainment mencatat kerugian bersih rata-rata 24,4 miliar won (sekitar USD 21,8 juta) dan ROE -3,8 persen. YG Entertainment mencatat kerugian bersih 1,8 miliar won (sekitar USD 1,6 juta) dan ROE -0,5 persen selama periode yang sama.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Kinerja SM dan YG Entertainment

Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

SM Entertainment mengalami pukulan serius pada 2020 dengan kerugian bersih 80,3 miliar won (sekitar USD 71,7 juta).

Jumlah penjualan turun drastis dibandingkan tahun sebelumnya, dan perusahaan juga mengalami kerugian investasi hingga 13 miliar won (sekitar USD 11,6 juta) melalui anak perusahaan dan perusahaan patungan mereka.

SM Entertainment telah memperluas merger dan akuisisi dari 2017-2018, tetapi akhirnya menderita kerugian dalam periklanan dan waralaba makanan dan minuman karena pandemi COVID-19.

Di sisi lain, YG Entertainment mengalami kemerosotan dalam bisnis utama produksi musik dan manajemen artis. Meskipun perusahaan mencatat keuntungan bisnis 17,6 miliar won (sekitar USD 15,7 juta) pada 2018, keuntungan bisnis turun menjadi 7,6 miliar won (sekitar USD 6,78 juta) pada 2019 dan 7,7 miliar won (sekitar USD 6,87 juta) pada tahun 2020.

Dari perusahaan hiburan raksasa di Korea Selatan (SM, YG, dan JYP Entertainment), hanya JYP Entertainment yang mempertahankan statusnya sebagai bisnis blue chip.

Meskipun rata-rata penjualan selama tiga tahun terakhir merupakan yang terendah dari tiga besar, tetapi menunjukkan konsistensi dengan meningkatkan laba bersih sebesar 20-30 miliar won setiap tahun. Dalam kurun waktu yang sama, ROE tercatat sebesar 18 persen.

Analis saham berteori fluktuasi kinerja ini mungkin disebabkan oleh banyaknya anak perusahaan yang dimiliki SM dan YG.

Selain itu, struktur tata kelola yang transparan dari JYP Entertainment, dengan pendiri Park Jin Young berfokus pada produksi konten dan menyerahkan peran chief executive officer dan chief financial officer kepada orang lain, mencegah ekspansi bisnis sembrono yang dapat berasal dari memiliki satu pemilik. 

Park Jin Young juga telah menetapkan sistem produser di JYP Entertainment untuk mengurangi perannya sendiri sebagai produser di perusahaannya dan untuk mencegah fluktuasi kualitas di seluruh album.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya