Mengekor yang Lain, 2 Perusahaan Teknologi Asia Mulai Adopsi Bitcoin

Dua startup asal Korea Selatan dan China mulai ikut berinvestasi di aset kripto. Ini menyusul sejumlah perusahaan internasional lainnya yang sudah lebih dulu bertaruh di aset baru ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mei 2021, 20:00 WIB
Ilustrasi Bitcoin (Ist)
Liputan6.com, Jakarta Produsen mobil listrik Tesla hingga bank besar di Amerika Serikat mulai melirik mata uang kripto, dan kini giliran sejumlah perusahaan di Asia.
 
Dua Startup asal China dan Korea Selatan belum lama ini mengumumkan nilai investasinya di Bitcoin dan beberapa mata uang kripto lainnya. 
 
Di penghujung April, raksasa game online asal Korea Selatan, Nexon mengumumkan telah berinvestasi ke Bitcoin dengan berbelanja 1.717 bitcoin, dengan harga satu koin USD 58.226 atau sekitar Rp 840 juta. 
 
Jika diakumulasikan, Nexon telah merogoh kocek USD 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun untuk berinvestasi di Bitcoin. Meski begitu, perusahaan menyebut ini hanya sekitar 2 persen dari total keuangan Nexon. 
 
Perusahaan yang beroperasi di Jepang dan terdaftar di Bursa Efek Tokyo ini didirikan pada tahun 1994 oleh miliarder Korea Selatan Kim Jung-ju.
 
Nexon merupakan pengembang utama game PC dan seluler, dengan penggemar berat di negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Cina. 
 
"Pembelian bitcoin kami mencerminkan strategi disiplin untuk melindungi nilai pemegang saham, dan untuk menjaga daya beli aset tunai kami," kata CEO Nexon, Owen Mahoney dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Nikkei Asia, Senin (10/5/2021). 
 
"Dalam lingkungan ekonomi saat ini, kami percaya bitcoin menawarkan stabilitas dan likuiditas jangka panjang, sambil mempertahankan nilai uang tunai kami untuk investasi masa depan," tambahnya. 
 
Jika seminggu lalu, Nexon baru mengumumkan bergabung dengan para penggemar Bitcoin, Startup asal China yang satu ini sudah lebih dulu.
 
Meitu, yang merupakan penyedia layanan aplikasi edit foto, menjadi salah satu perusahaan di Asia yang paling awal berinvestasi di sistem mata uang kripto, sejak awal April 2021. 
 
Meitu diketahui menghabiskan USD 100 juta untuk berbelanja dua mata uang kripto paling populer, Bitcoin dan Ethereum. 
 
"Dewan menganggap ini sebagai demonstrasi kepada investor dan pemangku kepentingan bahwa grup tersebut memiliki visi dan tekad untuk merangkul evolusi teknologi, dan karenanya mempersiapkan merebutnya ke dalam industri blockchain," sebut Meitu dalam pernyataan resminya. 
 
 

Saksikan Video Ini


Susul Perusahaan Lain

Ilustrasi Bitcoin (iStockPhoto)
Langkah signifikan dua perusahaan teknologi Asia tersebut menambah banyak daftar perusahaan yang mulai mengadopsi sistem keuangan dengan kripto. Setelah sebelumnya sejumlah perusahaan di Amerika Serikat sudah berinvestasi, bahkan memakainya dalam transaksi mereka. 
 
Salah satu yang paling terkenal adalah raksasa produsen mobil listrik Tesla. Elon Musk yang terkenal gemar mempromosikan sejumlah mata uang kripto diketahui telah mendorong perusahaannya berinvestasi di Bitcoin dengan nilai miliaran dolar beberapa bulan lalu. 
 
Musk bahkan sempat menyebut perusahaannya akan menerima pembayaran dengan kripto.
"Kalian sekarang bisa membeli sebuah (mobil) Tesla dengan Bitcoin" tulis Musk dalam cuitannya di twitter. 
 
Pada bulan Oktober tahun lalu, perusahaan layanan keuangan milik CEO Twitter, Jack Dorsery, Square Inc. mengumumkan telah berinvestasi ke Bitcoin sekitar USD 50 juta atau lebih dari Rp 700 miliar. 
 
Maret lalu, salah satu raksasa perbankan investasi, Morgan Stanley juga dikabarkan telah menerbitkan memo internal tentang adopsi Bitcoin bagi nasabahnya. 
 
Dalam memo tersebut, bank bakal memberi izin beberapa nasabahnya untuk berinvestasi di Bitcoin dengan sejumlah ketentuan. Terutama hanya bisa dilakukan oleh nasabah dengan nilai aset besar. 
 
Adopsi mata uang kripto ini juga merambah ke sektor makanan cepat saji. Dua raksasa ritel makanan cepat saji, Restaurant Brands International yang merupakan induk dari Burger King, serta Yum! Brands yang merupakan induk KFC dan Pizza Hut  juga mulai mengadopsi Bitcoin sebagai alat transaksi. 
 
Meski begitu, ketentuan pembayaran dengan Bitcoin baru dilakukan perusahaan di gerai mereka yang ada di Venezuela. Tujuannya untuk menggantikan transaksi dengan mata uang lokal mereka yang terlampau murah.
 
 
 
Reporter: Abdul Azis Said

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya