Roket Tiongkok Bakal Kembali ke Atmosfer Bumi Akhir Pekan Ini, Berbahaya?

Roket Tiongkok Long March 5B kembali ke atmosfer Bumi pada tanggal 8 Maret 2021. Apakah membahayakan manusia di Bumi.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 07 Mei 2021, 19:30 WIB
Roket Long March 5B membawa modul inti Stasiun Luar Angkasa Tianhe lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Provinsi Hainan, China, Rabu (29/4/2021). Baru pada tahun 2003 China mengirim astronot pertamanya ke orbit. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah roket Tiongkok yang dikabarkan akan kembali ke atmosfer Bumi pada akhir pekan ini setelah selesai di orbitnya.

Roket China Long March 5B dengan tinggi 100 kaki itu sebelumnya diluncurkan ke stasiun luar angkasa internasional Beijing dan akan kembali ke atmosfer Bumi. Analis menyebut, kemungkinan besar potongan-potongan roket tersebut akan tercebur ke laut.

"Sebagian besar dari permukaan Bumi ditutupi air, oleh karenanya, hampir tidak ada bahaya," kata Pendiri Space Safety Coalition sekaligus ahli kebijakan AGI Commercial Space Operations Center Dan Oltrogge, dikutip Tekno Liputan6.com dari The Verge, Jumat (7/5/2021).

Dia menambahkan, risiko keselamatan publik atas masuknya sisa roket tersebut ke atmosfer Bumi bukanlah 0 tetapi sangat minim, jika langsung tercebur ke laut.

"Kemungkinan ada orang yang tertabrak cukup rendah, sangat rendah," kata Oltrogge.

Komando Luar Angkasa AS, yang membantu melacak sekitar 27.000 potongan sampah buatan manusia di orbit kini melacak lokasi roket Long March 5B tersebut.

"Namun titik masuk yang tepat ke atmosfer Bumi tidak dapat ditentukan hingga beberapa jam setelah masuk kembali ke Bumi," kata mereka.

Diperkirakan, sisa roket tersebut akan masuk kembali ke atmosfer Bumi pada Sabtu, 8 Mei 2021.


Penerbangan Roket Long March 5B

Roket Long March 5B membawa modul inti Stasiun Luar Angkasa Tianhe lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Provinsi Hainan, China, Rabu (29/4/2021). Ini adalah misi terbaru dalam program ruang angkasa China yang dinilai semakin ambisius. (STR/AFP)

Kebanyakan tahap roket inti tidak memasuki orbit. Roket ini biasanya jatuh ke laut tepat setelah peluncuran, setelah mendorong tahap roket lain yang lebih kecil ke orbit.

Kendati demikian, roket Long March 5B Tiongkok memiliki desain unik yang menempatkan seluruh tahap pertamanya ke orbit rendah Bumi untuk mengirim muatannya.

Muatan dari Long March 5B adalah modul Tianhe 22,5 metrik ton yang akan berfungsi sebagai tempat tinggi untuk stasiun luar angkasa baru Tiongkok, dalam beberapa tahun ke depan.

Mungkin saja bagian roket tersebut bisa bertahan dari ledakan dan kembali melalui atmosfer Bumi. Potongan roket Long March 5B sebelumnya jatuh dari langit di atas Pantai Gading di Afrika pada 2020, setelah mengirimkan satelit eksperimental ke luar angkasa.

"Objek masuk kembali hampir setiap hari dan setiap beberapa bulan sekali ada beberapa benda yang menyentuh tanah," kata astrofisika Harvard Jonathan McDowell.


Konsekuensi Hukum Internasional

Jika suatu fragmen dari tahapan Long March 5B benar-benar menghantam daratan, mungkin akan memiliki konsekuensi hukum internasional.

Di bawah perjanjian Luar Angkasa 1972, negara-negara bertanggung jawab atas benda-benda yang mereka luncurkan ke luar angkasa.

Profesor Hukum Ruang Angksa di Universitas Northumbria di Inggris Chris Newman mengatakan, negara korbann mungkin bergantung pada negara yang bertanggung jawab untuk infrastruktur atau investasi.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS memperkirakan, Tiongkok akan membayar tiap kerusakan yang disebabkan oleh tahap roketnya.

"Tiongkok, seperti Amerika Serikat adalah pihak dari konvensi tanggung jawab, dengan demikian akan bertanggung jawab untuk membayar kompensasi atas kerusakan yang disebabkan oleh benda antariksa di permukaan Bumi atau pesawat yang sedang terbang," katanya.

(Tin/Ysl)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya