Liputan6.com, Pangandaran - Bank Indonesia (BI) perwakilan Tasikmalaya, Jawa Barat menyediakan uang cash berbagai pecahan rupiah hingga Rp2,1 triliun, bagi masyarakat Priangan Timur, menjelang Lebaran Idul Fitri 1442 H tahun ini.
Deputi Kepala Bank Indonesia Perwakilan Tasikmalaya, Nurcipto mengatakan, penyediaan uang cash menjelang lebaran, berdasarkan pengajuan yang disampaikan seluruh bank anggota himbara, di wilayah kerja Priangan Timur.
"Setelah dapat angka proyeksi dari tiap bank, kami rekap semuanya, nah itulah yang kami jadikan angka kebutuhan Priangan Timur sebenarnya," ujarnya, di sela-sela acara Pelatihan Wartawan Mitra KPWBI Tasikmalaya, di Pangandaran, Jumat (7/5/2031).
Baca Juga
Advertisement
Menurutnya, tingginya angka kebutuhan masyarakat terhadap uang cash berbagai pecahan saat idul fitri bukan hal baru, sehingga lembaganya kerap melakukan rapat koordinasi penetapan besaran uang yang dibutuhkan, satu bulan menjelang datangnya ramadan.
"Untuk tahun ini kami sudah lakukan pada bulan Maret lalu," kata dia.
Dalam prosesnya, kebutuhan uang cash berdasarkan angka kebutuhan tiap bank, yang disesuaikan dengan angka transaksi berjalan dari bank tersebut, selama tiga tahun terakhir.
"Tiap bank itu memiliki rekapan data yang pasti mulai pecahan paling besar hingga logam terkecil berapa yang keluar pasti tahu," ungkap dia.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Kebutuhan Uang Cash Menurun
Untuk tahun ini lanjut Nurcipto, angka proyeksi kebutuhan uang cash menjelang lebaran dipatok hingga Rp 2,1 triliun, angka itu terjadi penurunan dibanding tahun lalu di angka Rp2,8 triliun.
"Penurunannya sekitar 14 persen dibanding tahun lalu," ujar dia merinci.
Khusus tahun tahun ini, kebutuhan uang cash masyarakat cenderung menurun. "Ada beberapa faktor yang ikut memengaruhi," kata dia.
Berdasarkan informasi di lapangan, beberapa faktor pendukung penurunan kebutuhan uang cash menjelang lebaran tahun ini antara lain, pertama, adanya penurunan penghasilan masyarakat, sehingga berpotensi mengurangi minat kebutuhan uang cash.
Kedua, tidak adanya mobilisasi pemudik tahunan yang berlangsung saat lebaran tiba. "Artinya buat apa bawa uang banyak-banyak kan tidak bisa pulang, yang namanya mudik pasti bawa uang baru itu namanya lebaran," kata dia.
Ketiga, masa libur Aparatur Sipil Negara (ASN) yang lebih pendek dibanding tahun sebelumnya, sehingga kebutuhan terhadap uang cash baru mengalami penurunan.
"Semakin lama masa liburan, maka bakal semakin banyak uang yang ditarik, dan sebaliknya semakin pendek liburan, uang yang ditarik pun sedikit dan tentu ini berpengaruh terhadap kebutuhan uang cash," kata dia.
Advertisement