Liputan6.com, Jakarta - World Health Organization (WHO) pada Jumat lalu memberikan Emergency Use Listing (EUL) atau Daftar Penggunaan Darurat vaksin COVID-19 Sinopharm yang dikembangkan di China.
"Penambahan vaksin ini berpotensi mempercepat akses vaksin COVID-19 dengan cepat bagi negara yang ingin melindungi tenaga kesehatan dan populasi berisiko," kata Mariangela Simao, Asisten Direktur Jenderal EHO untuk Akses Produk Kesehatan.
Advertisement
Simao menambahkan, WHO pun meminta agar produsen dapat berpartisipasi dalam COVAX Facility dan berkontribusi pada distribusi vaksin virus corona yang lebih adil.
Dalam konferensi persnya, dikutip dari laman resminya pada Minggu (9/5/2021), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa pemberian EUL ini berarti memperluas vaksin COVID-19 yang dapat dibeli oleh COVAX.
Selain itu menurut Tedros, hal ini juga memberikan kepercayaan pada negara-negara untuk mempercepat persetujuan aturan mereka sendiri, serta untuk mengimpor dan mengelola vaksin.
Berdasarkan semua kajian, WHO merekomendasikan vaksin Sinopharm bagi orang dewasa berusia 18 tahun ke atas, dengan dua dosis penyuntikan dengan jarak tiga sampai empat minggu.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Vaksin Corona Keenam yang Direstui WHO
Efikasi vaksin untuk penyakit yang bergejala dan rawat inap diperkirakan mencapai 79 persen pada semua kelompok usia.
Dalam keterangannya, WHO mencatat bahwa orang dewasa dengan usia yang lebih tua atau di atas 60 tahun terdaftar di uji klinis, sehingga efikasi spesifik pada kelompok usia ini tidak dapat diperkirakan.
"Namun demikian, WHO tidak merekomendasikan batas usia atas untuk vaksin karena data awal dan data imunogenisitas yang mendukung menunjukkan bahwa vaksin kemungkinan besar memiliki efek perlindungan pada orang lanjut usia," kata mereka.
Vaksin Sinopharm dengan ini menjadi vaksin corona keenam yang secara resmi mendapatkan restu dari WHO setelah Pfizer, Moderna, Johnson and Johnson, serta AstraZeneca Serum Institute of India dan SK Bio.
Dikutip dari Aljazeera, WHO menyebut bahwa mereka mungkin akan mencapai keputusan mengenai vaksin COVID-19 buatan China lainnya yaitu Sinovac, pada pekan depan.
"Kami telah mulai mengkaji laporan dari Sinovac. Kami sebenarnya meminta informasi tambahan kepada pembuat, yang kami harapkan akan segera diterima untuk pengambilan keputusan," kata Arnaud Didierlaurent, Ketua Kelompok Penasehat Teknis WHO.
Advertisement