Liputan6.com, Jakarta Beredar video pesepeda mengadang puluhan sepeda motor yang masuk jalur khusus sepeda di kawasan Sudirman, Jakarta yang kemudian menjadi viral.
Dalam video tersebut terlihat puluhan sepeda motor tersebut berusaha memutar balik lantaran diadang seorang pengguna sepeda sambil merekam.
Advertisement
Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Fahri Siregar menyebut pihaknya sudah berupaya mensosialisasikan agar pengguna jalan taat pada aturan yang berlaku. Dia menyatakan siap menindak pengguna jalan yang melanggar.
"Tidak hanya pesepeda motor yang masuk jalur sepeda yang harus disosialisasikan, tetapi juga pesepeda yang tidak masuk jalur sepeda itu juga harus akan kita lakukan tindakan-tindakan dari preemtif, preventif, baru represif," ujar Fahri saat dikonfirmasi awak media, Minggu (9/5/2021).
Menurut Fahri, pelanggaran pemotor masuk jalur sepeda terjadi pada saat lalu lintas kendaraan tengah ramai. Dia menduga, para pemotor masuk ke dalam lajur khusus sepeda untuk menghindari kemacetan.
"Kalau pelanggaran itu pasti pada saat volume lalin itu terjadi peningkatan. Nah volume lalin peningkatan itu kan di atas jam 8 sampai jam 9. Nah pada saat jam 8, jam 9 itu kan sebenernya volume lalin meningkat tapi intensitas pengguna sepeda sudah mulai menurun," kata dia.
Dia menyebut sudah pernah menindak secara represif para pengguna sepeda motor yang masuk jalur sepeda. Dia juga sudah meminta kepada pihak Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk membantu pihaknya meminimalisir pelanggaran di jalur sepeda.
"Kita sudah imbau terus. Bahkan kita juga minta kepada teman-teman Dishub untuk selalu memasang petugas di jam-jam tertentu, terutama jam padat supaya pemotor tidak masuk ke jalur sepeda. Oleh kaena itu, kalau masih ada pelanggaran, ya nanti kita lakukan penindakan," kata Fahri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Terus Mengkaji
Fahri menyebut pihak Ditlantas Polda Metro Jaya masih terus mengkaji apakah masih diperlukan jalur sepeda permanen atau tidak. Apalagi di saat lalu lintas padat dan pengguna sepeda berkurang.
"Ya mungkin hanya kurun-kurun waktu tertentu, atau mungkin tidak permanen, jadi kita akan melihat, karena jalur permanen ini kalau pada saat tidak perlu digunakan, dia tetep ada. Dulu kan begini, ada jalur sepeda tapi tidak ada pembatas, terus kita pasang pop up (pembatas) ternyata berhasil, kalau ada pesepeda maka bermanfaat," kata dia.
"Tapi kalau pesepeda sudah berkurang dia pinggirkan. Sekarang pakai jalur permanen kita coba pada saat tidak digunakan tidak bisa digeser. Ini kan kita terus evaluasi. Apakah harus pop up atau permanen," dia menandaskan.
Advertisement