Liputan6.com, Jakarta Asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Namun, mengendalikan kondisi itu demi mencegah terjadinya serangan bisa dilakukan oleh para penyandangnya.
Dalam sebuah temu media beberapa waktu lalu, dokter spesialis paru Feni Fitriani Taufik mengatakan bahwa mengendalikan asma bisa dilakukan dengan beberapa cara.
Advertisement
Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengenali dan menghindari pencetusnya. "Setiap orang punya pencetus yang berbeda-beda," kata dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu, ditulis Senin (10/5/2021).
Selain itu, pasien juga harus menggunakan obat asma sesuai dengan anjuran dokter.
"Kita harus memahami fungsi obat-obatan yang diberikan dokter. Apakah dia sebagai pelega atau pengontrol dan bagaimana cara memakai obat asma itu supaya benar-benar efektif menghilangkan gejala," kata Feni.
Feni juga menganjurkan agar orang dengan asma untuk berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok di lingkungan.
"Jaga kesehatan dan berolahraga, salah satunya dengan senam asma dan lakukanlah tata laksana asma secara mandiri," Feni menambahkan.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Mengendalikan Asma di Masa Pandemi
Feni mengungkapkan bahwa menurut Global Initiative for Asthma tahun 2020, ada beberapa kriteria yang dapat menunjukkan bahwa seseorang sudah berhasil mengendalikan asmanya.
Kriteria itu bisa dilihat jika dalam empat pekan terakhir: gejala harian kurang dari dua kali seminggu, tidak ada bangun di malam hari karena gejala, penggunaan obat pelega kurang dari dua kali seminggu, serta tidak ada aktivitas yang terganggu karena serangan.
Di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, penyandang asma pun diminta untuk lebih mengendalikan kondisinya.
Arto Yuwono Soeroto dari Perhimpunan Respirologi Indonesia mengatakan bahwa selama pasien bisa mengendalikan asmanya, maka dia akan lebih terlindungi dari COVID-19.
Dalam hal ini, Arto mengatakan bahwa pasien asma yang dapat mengendalikan kondisinya yaitu mereka yang tidak sering mengalami keluhan seperti sesak, batuk, atau mengi.
"Maka asma yang seperti itu tidak meningkatkan risiko untuk tertular COVID, kalau sudah dapat juga tidak menyebabkan lebih berat, tidak meningkatkan angka kematian."
Menurut Arto, selama orang dengan asma mampu mengendalikan kondisinya, maka risikonya untuk terkena maupun mengalami gejala berat COVID-19 pun sama seperti orang-orang yang tidak memiliki asma
Advertisement