Liputan6.com, Jakarta Seperti Liam Nesson, film aksi apa pun asal dibintangi Jason Statham hampir bisa dipastikan ramai di bioskop. Termasuk, Wrath of Man yang tayang di Indonesia sejak 5 Mei 2021.
Wrath of Man yang menempatkan Jason Statham di garda depan disutradarai Guy Ritchie, nama besar yang menghasilkan sejumlah box office seperti Aladdin, Sherlock Holmes, dan The Man From U.N.C.L.E.
Baca Juga
Advertisement
Warth of Man dipresentasikan dalam nuansa kelam dengan tensi ketegangan yang terus menanjak hingga babak akhir. Belum sempat menonton? Simak dulu resensi film Wrath of Man berikut ini.
Perampokan Mobil Lapis Baja
Wrath of Man dimulai dengan aksi perampokan mobil lapis baja milik Fortico Security yang mengangkut uang dari sejumlah bank dan perusahaan terkemuka. Beberapa pria bertopeng lengkap dengan senjata mengadang mobil ini. Terjadi baku tembak. Dua personel Fortico tewas.
Setelahnya, Fortico merekrut karyawan baru, Patrick Hill (Jason Statham). Lulus uji dengan skor minim 70, nyatanya ia mampu melumpuhkan sejumlah perampok yang mencoba menggasak uang dari mobil Fortico. Semua perampok didor tanpa ampun.
Kiprah H bikin takjub rekan sejawat dari Sweat Dave (Josh Hartnett), Dana (Niamh Algar) hingga mentornya sendiri, Bullet (Holt McCallany). Yang paling dikhawatirkan terjadi, yakni perampokan pada Black Friday.
Advertisement
Menyusup Gedung Fortico Security
Kepala geng rampok, Jackson (Jeffrey Donovan), melobi orang dalam agar bisa menyusup gedung Fortico Security. Targetnya, sapu seluruh uang di kantor tersebut. H sendiri tengah dibakar dendam. Putranya yakni Dougie (Eli Brown) tewas ditembak salah satu perampok.
Mengasup Wrath of Man layaknya membaca novel fiksi petualangan yang melibatkan sejumlah perampok. Ia terbagi dalam sejumlah bab yakni Roh Jahat, Bumi Hangus, Binatang Nakal dan Buruk, serta Hati Paru Ginjal Jantung.
Setiap bab mempresentasikan fase tokoh utama yang dikaitkan dengan kinerjanya di Fortico, latar belakang pribadi, interaksi dengan keluarga dan rekan kerja, hingga siapa yang dihadapinya.
Tonjokan Konflik
Repotnya membagi film ke dalam bab eksplisit, membuat setiap bab sama menariknya hingga penonton kesulitan menemukan mana yang paling seru. Roh Jahat bisa jadi yang paling rentan. Ia memuat tugas mahapenting yakni perkenalan tokoh namun harus tetap terasa tonjokan konfliknya.
Bab pertama ini bisa jadi tak sekuat bab lain. Namun, Guy dengan lihai mengemas Patrick Hill menjadi pribadi eksentrik yang patut “dicurigai” penonton. Nilai pas-pasan kok dijadikan poros cerita?
Setelahnya, adalah aksi-aksi dengan plot maju mundur. Dalam konteks film aksi dengan karakter tak terlalu banyak, maju mundurnya alur tak sampai membuat kepala terasa cekot-cekot.
Advertisement
Tampil Dingin
Kita mudah menandai para tokoh dan apa motivasi mereka. Jason sendiri tampil dingin seperti biasa. Trio Marn-Ivan-Guy meletakkan fondasi untuk Patrick Hill sebagai manusia yang bukan setengah dewa.
Lebih dari sekali kena bedil tapi ia tipe die hard. Susah matinya, kalau tak mau dibilang enggak ada matinya. Tahan banting. Dar-der-dor seolah jadi kesehariannya.
Di belakangnya, diletakkan sejumlah tokoh pendukung yang membuat kita paham siapa dan mengapa Hill sedemikian dingin. Aturan utama menonton film seperti ini adalah trust no body.
Hati Paru Ginjal Jantung
Jangan percaya siapa pun yang tampil di layar, khususnya yang berada di lokasi kejadian (baca: Fortico). Semua kecurigaan Anda, tentu terkonfirmasi di babak akhir. Guy menyiapkan bab yang judulnya bikin deg-degan (Hati Paru Ginjal Jantung) ini dengan sangat ciamik.
Ini ditandai dengan perubahan ekspresi Jason setelah kehilangan anak. Tanpa mengalami tragedi ini saja, Hill adalah sosok yang tak banyak bicara, minim humor, dan menjunjung tinggi asas “datang ke kantor hanya untuk bekerja setelah itu capcus.”
Sejak tragedi itu, sikap dinginnya makin ngadi-ngadi. Untuk menebus rasa sakit dan kebekuan hati ini, Hati Paru Ginjal Jantung hadir dengan unsur chaos tingkat tinggi. Namun, memiliki akhir yang tak terlalu brutal.
Advertisement
Elegan Dalam Tanda Kutip
Cenderung “elegan” malah. Ingat, ini film action. Paham, kan kenapa ada dua tanda kutip mengapit kata elegan. Wrath of Titan, tipe film aksi yang menuntut penonton fokus ke layar. Jadi sebaiknya jangan disambi dengan balas chat via WhatsApp atau pipis.
Benar, jumlah tokoh yang ditampilkan sedikit. Namun, adegan demi adegan dibuat sedemikian padat. Sejumlah tokoh yang tampil sekelebat atau muncul untuk dibunuh bisa jadi kurang penting.
Namun mereka hadir untuk memberi tahu betapa gawatnya masalah yang sedang menggelinding. Wrath of Titan salah satu mahakarya Guy di genre aksi. Ia juga menjadi pencapaian keaktoran Statham berikutnya.
Pemain: Jason Statham, Holt McCallany, Jeffrey Donovan, Josh Hartnett, Scott Eastwood
Produser: Bill Block, Guy Ritchie, Ivan Atkinson
Sutradara: Guy Ritchie
Penulis: Marn Davies, Ivan Atkinson, Guy Ritchie
Produksi: Metro Goldwyn Mayer, Miramax
Durasi:1 jam, 59 menit