Liputan6.com, Jakarta - Nganjuk merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten yang memiliki luas 1.182,64 kilometer persegi itu terdiri dari 20 dinas, 20 kecamatan, dan 284 desa. Etnis Jawa merupakan mayoritas yang mendiami kabupaten ini yang menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasinya.
Pada zaman Kerajaan Medang, Nganjuk dikenal dengan istilah Anjuk Ladang, yang berarti Tanah Kemenangan. Saat itu, daerah tersebut terbagi menjadi empat daerah, yakni Berbek, Godean, Nganjuk, dan Kertosono. Setelah Kerajaan Medang tumbang, wilayah Nganjuk dikuasai Belanda dan Kasultanan Yogyakarta.
Baca Juga
Advertisement
Secara geografis, Nganjuk berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di bagian utara, Kabupaten Jombang di bagian timur, Kabupaten Ponorogo di selatan, dan Kabupaten Madiun di barat. Wilayah ini beriklim tropis basah dan kering yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson.
Apa lagi hal menarik lain tentang Nganjuk yang baru saja jadi perhatian akibat Bupati Novi Rahman Hidayat ditangkap KPK karena dugaan korupsi jual beli jabatan. Berikut enam fakta menarik tentang Ngajuk yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin, 10 Mei 2021.
1. Penghasil Bawang Merah Terbesar
Ngajuk memiliki kondisi dan struktuk tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan maupun perkebunan. Tak mengherankan bila sektor pertanian jadi andalan ekonomi sebagian besar warga di sini. Menurut Kementerian Pertanian, Ngajuk menjadi salah satu daerah fokus pemerintah untuk menyerap bawang merah dan menjadi stok pemerintah tiap tahunnya sebagai penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur.
Di sebagian besar wilayah Nganjuk, terutama Kecamatan Sukomoro ke Barat, meliputi Kecamatan Gondang, Kecamatan Rejoso, Kecamatan Bagor, dan Kecamatan Wilangan, banyak dijumpai orang menanam, memanen, menjemur, atau memperjualbelikan bawang merah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
2. Upacara di Air Terjun Setiap 1 Suro
Nganjuk terkenal sebagai wilayah dengan banyak air terjun atau curug. Di salah satu lokasi, tepatnya di air terjun Sedudo, warga bahkan mengkeramatkannya dan rutin menggelar upacara Parna Prahista. Masyarakat setempat masih percaya bahwa tempat ini memiliki kekuatan supranatural.
Mitos yang beredar sejak zaman Majapahit, pada bulan Sura dipercayai membawa berkah awet muda bagi orang yang mandi di air terjun tersebut. Hingga sekarang, warga Nganjuk secara rutin melaksanakan ritual mandi sedudo setiap 1 Suro.
Air terjun sedudo memiliki ketinggian air terjun sekitar 105 meter. Selain menjadi tempat upacara, air terjun ini menjadi objek wisata yang memiliki fasilitas yang cukup baik dan jalur transportasi yang mudah diakses.
Advertisement
3. Nasi Becek
Nganjuk memiliki beberapa makanan khas yang belum sepenuhnya diketahui oleh banyak orang, salah satunya nasi becek. Nasi becek adalah makanan khas Nganjuk yang berkuah kuning ditambah dengan campuran santan. Karena wujudnya itu, banyak orang yang mengira sebagai soto daging.
Makanan ini biasa disajikan bersama dengan sambal kacang. Perpaduan rasa keduanya menghasilkan cita rasa yang lezat dan nikmat. Nganjuk juga punya banyak kuliner tradisional lainnya, seperti onde-onde jeblos alias ondek-ondek ketawa.
4. Candi Unik
Sebagai wilayah yang pernah menjadi pusat Kerajaan Medang, tak heran bila Nganjuk memiliki beberapa situs peninggalan yang bercorak Hindu. Salah satunya Candi Lor. Konstruksi candi terbuat dari batu bata merah yang diyakini sebagai monumen cikal bakal berdirinya Kabupaten Nganjuk.
Candi tersebut dikenal dari prasasti Anjuk Landang. Dalam prasasti itu diketahui bahwa Mpu Sindok, Raja Mataram Hindu, memerintahkan untuk membangun sebuah bangunan suci sebagai pertanda penetapan kawasan Anjulk Landang.
Candi Lor memiliki bentuk keunikan tersendiri daripada candi-candi pada umumnya. Salah satu sisi candi ini terdapat pohon besar yang memiliki akar raksasa terlihat mencengkam erat pada candi. Hal itu menyebabkan Candi Lor belum pernah direnovasi untuk diperlihatkan bentuk aslinya.
Advertisement
5. Julukan Kota Angin
Curah hujan kota Nganjuk cukup tinggi. Periode musim penghujan di Kabupaten Ngajuk biasanya berlangsung pada Desember--Maret dengan rata-rata hujan lebih dari 200 mm per bulan. Selama musim penghujan berlangsung, angin bertiup cukup kencang. Berdasarkan data BMKG, kecepatan angin di Nganjuk berkisar 10km/jam hingga mencapai 30km/jam. Hal itu yang melatari Nganjuk dijuluki sebagai Kota Angin.
6. Masjid Bernuansa Hindu
Nganjuk memiliki Masjid Al Mubarok yang terletak di Desa Ngrawan, Kecamatan Berbek. Ada cerita menarik terkait masjid berarsitektur Hindu ini.
Menurut sejarah, masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Raden Tumenggung Sosro Kusumo, sekitar 1745 Masehi. Raden Sosro Kusumo atau yang lebih dikenal dengan nama Kanjeng Jimat merupakan bupati pertama kabupaten ini.
Arsitektur Masjid Al-Mubarok memiliki kesamaan ciri dengan pura. Terdapat ornamen ukirannya didominasi oleh ukiran-ukiran, seperti gambar naga. Dalam pembangunan Masjid Al-Mubarok terdapat batu berbentuk yoni di depan masjid menjadi bukti akulturasi yang indah. (Muhammad Thoifur)
Advertisement