Pasien Diabetes Kena COVID-19 Bisa Fatal, Kenapa?

Ada beberapa faktor yang membuat angka fatalitas atau perburukan pada pasien diabetes yang terinfeksi COVID-19 tinggi.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 24 Jan 2022, 14:50 WIB
Petugas medis dari Provinsi Jiangsu bekerja di sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Liputan6.com, Jakarta - Ustaz Tengku Zulkarnain meninggal dunia usai terinfeksi COVID-19. Selain itu, ustaz kondang tersebut memiliki riwayat penyakit bawaan diabetes melitus yang memperburuk kondisinya.

"Ada DM (diabetes melitus), ya penyakit gula," kata Direktur Corporate Communication RS Tabrani, Ian Machyar, Senin malam, 10 Mei 2021.

Tengku Zul mulai masuk rumah sakit pada 2 Mei 2021. Kondisinya naik turun sebelum akhirnya memburuk dan menggunakan ventilator di ruang ICU. Hingga pada Senin, 10 Mei 2021 sang Ustaz meninggal dunia. Kasus serupa juga dialami oleh sekitar 10,6 persen pasien COVID-19.

Data Satuan Tugas Penangan COVID-19 menunjukkan diabetes melitus menduduki peringkat kedua pasien terkonfirmasi COVID-19 per 21 November 2021. Ada 35,5 persen pasien COVID-19 yang memiliki riwayat diabetes dan angka kematian 10,6 persen.

Banyak yang bertanya-tanya apakah seseorang dengan risiko diabetes berisiko terkena COVID-19? Berdasarkan studi, seseorang  dengan diabetes dan tidak memiliki risiko yang sama untuk terpapar COVID-19.

"Diabetes bukan faktor risiko untuk COVID-19. Kami masih mencari tahu apakah virus COVID-19 ini suka berjalan-jalan ke pankreas? Ini belum diketahui," kata dr Roy Panusunan Sibarani SpPD-KEMD, FES.

"Namun, yang kami ketahui kalau orang dengan diabetes lalu kena COVID-19 itu bisa fatal," kata Roy dalam webinar di YouTube PTMKJNDinkesDKI.

Roy menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang membuat angka fatalitas atau perburukan pada pasien diabetes yang terinfeksi COVID-19 tinggi.

Pertama, pada orang diabetes, daya tahan tubuh memang berkurang karena pada titik kadar gula darah tinggi, kemampuan sel-sel untuk membuat bahan-bahan imunitas berkurang.

"Sementara pada orang (dengan riwayat kesehatan sebelum terkena COVID-19) sehat, imun bisa bantu," tutur Roy.

Kedua, pada pasien diabetes yang sudah dengan kondisi tersebut lama, ada kecenderungan mengalami kerusakan pada pembuluh darah. "Seperti keran itu sudah berkarat, jadi sudah rusak, hal ini juga membuat organ-organ rusak," katanya.

Lalu, penyandang diabetes cenderung memiliki penyakit yang mengikuti. "Seperti darah tinggi, kolesterol, asam urat. Jadi ada penyakit yang mengikuti membuat dia sangat rentan sekali terjadi perburukan kalau kena COVID-19," kata Roy.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut


Pastikan Gula Darah Terkontrol

Ilustrasi penyakit diabetes (Photo by Tumisu on Pixabay)

Meski pasien diabetes memiliki beberapa hal yang bisa memicu perburukan bila terinfeksi COVID-19, Roy mengingatkan agar tahu sasaran yakni dengan mengontrol gula darah.

"Jangan takut, kalau gula darah kita terkontrol enggak usah takut," katanya.

Seorang pasien diebetes disarankan memiliki kadar hemoglobin A1C (HbA1C) di bawah 7 lalu gula darah puasa di bawah 130mg/dl.

"Jadi, kalau pasien diabetes cek gula darah puasa di bawah 130mg/dl, ya bisa keluar dengan percaya diri banget. Harus tahu bahwa mesti atur makan, tidur cukup, olahraga teratur," katanya.

"Penting sekali pengendalian dan untuk mencapai target tersebut," pesannya.

Infografis Vaksinasi Covid-19 Lansia di Indonesia Masih Rendah. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya