Liputan6.com, New York - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan mutasi COVID-19 yang pertama kali ditemukan di India tahun lalu sebagai "varian yang menjadi ancaman global".
Menurut studi, pendahuluan menunjukkan mutasi B.1.617 menyebar lebih mudah daripada varian lain dan membutuhkan studi lebih lanjut untuk mengetahuinya.
Advertisement
Varian India ini telah menyebar ke lebih dari 30 negara, kata WHO, demikian dikutip dari laman BBC, Selasa (11/5/2021).
Tiga varian lain dari Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil telah diberi sebutan yang sama.
Mutasi ini menunjukkan bukti bahwa varian ini mengakibatkan penularan yang lebih mudah, efek yang lebih parah, berkurangnya netralisasi oleh antibodi atau berkurangnya efektivitas pengobatan dan vaksin.
Varian ini sedang dipelajari untuk menentukan apakah itu menjadi penyebab gelombang mematikan di India, yang saat ini membanjiri rumah sakit dan krematorium.
India melaporkan 366.161 infeksi baru dan 3.754 kematian pada Senin (10/5), turun dari rekor puncak.
Para ahli mengatakan, angka sebenarnya bisa jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan.
Media lokal di negara bagian selatan Andhra Pradesh, India melaporkan bahwa 11 pasien COVID-19 meninggal semalam di Kota Tirupati setelah sebuah tangki oksigen yang memasok rumah sakit mengalami penundaan.
Saksikan Video Berikut Ini:
Mutasi COVID-19
Pemerintah India mengatakan, ada bukti hubungan antara varian dan gelombang kedua yang mematikan di India, tetapi korelasinya belum "sepenuhnya ditetapkan".
Beberapa negara bagian telah memberlakukan penguncian lokal, jam malam dan pembatasan pergerakan selama sebulan terakhir.
Namun, pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi semakin mendapat tekanan untuk mengumumkan penguncian nasional dalam upaya menghentikan penyebaran virus.
Dia juga menghadapi kritik karena mengizinkan pertemuan besar-besaran di festival Hindu dan rapat umum pemilihan tetap berjalan meskipun kasus COVID-19 meningkat.
Advertisement