Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bertekad mewujudkan perdamaian yang abadi di Semenanjung Korea.
Hal ini ia upayakan pada masa terakhir jabatannya, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (11/5/2021).
Advertisement
Dalam pidato nasional yang ditayangkan televisi pada Senin (10/5) dari Seoul, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan bahwa tahun terakhir dari lima tahun masa jabatan tunggalnya mungkin merupakan "peluang terakhir untuk beralih dari perdamaian yang tidak utuh ke arah perdamaian yang tidak dapat diubah lagi."
Moon menyatakan dukungan bagi pendekatan diplomatik Presiden AS Joe Biden yang "fleksibel, bertahap dan praktis" dalam mencapai denuklirisasi.
Tim kebijakan luar negeri Biden telah menyelesaikan peninjauan ulang mengenai kebuntuan masalah Korea Utara, yang menurut para pejabat akan bergantung pada langkah-langkah tambahan ke arah membujuk rezim di sana untuk menghentikan program misil balistik dan nuklirnya.
Pemimpin Korea Selatan itu menyatakan tujuannya bagi pertemuan puncaknya dengan Biden pada 21 Mei di Washington adalah "untuk memulihkan dialog antara kedua Korea serta AS dan Korea Utara."
Saksikan Video Berikut Ini:
Upaya Moon Jae-in Sejak 2017
Presiden Moon telah mendukung dialog lebih luas antara Seoul dan Pyongyang sejak ia menjabat pada tahun 2017.
Upayanya menghasilkan tiga pertemuan puncak bersejarah antara Kim dan presiden AS ketika itu Donald Trump.
Namun langkah itu berakhir setelah pertemuan puncak kedua Trump dan Kim di Vietnam pada 2019 gagal menyelesaikan masalah sanksi-sanksi yang dipimpin AS terhadap Korea Utara.
Advertisement