Liputan6.com, Jakarta - PT Tridomain Performance Materials Tbk (TDPM) belum bisa membayar medium term notes II Tahun 2018 (MTN II) yang telah jatuh tempo.
Meski demikian, PT Tridomain Performance Materials menegaskan akan segera melakukan pembayaran. Hal tersebut diungkapkan Financial Advisor, Hendri Kurniadi saat paparan publik insidentil, yang dilakukan perseroan, Selasa (11/5/2021). Dalam keterangannya, Ia menyebut, perseroan akan melakukan restrukturisasi.
Advertisement
"Harapannya proposal reksrukturisasi pada pekan depan sudah dapat diserahkan kepada MTN holder dan juga bond holder. Sekaligus bersama seluruh bank yang terkonsolidasi di Tridomain," katanya secara virtual.
Hendri juga menegaskan, perseroan tengah berupaya membayar MTN II. Oleh karena itu Ia meminta waktu paling lama tiga tahun untuk melunasi gagal bayar yang telah jatuh tempo.
"Insya Allah perusahaan akan segera kembali pulih, mungkin estimasi kita paling lama tiga tahun, mudah-mudahan bisa lebih cepat dari itu," ujarnya.
Meski demikian, Hendri mengakui bila PT Tridomain Performance Materials sadar, akan sangat sulit melakukan pembayaran full dari dana operasional. Terlebih saat ini masih dalam kondisi pandemi COVID-19.
"Tentunya kita juga paham ya sangat langka sekali perusahaan yang bisa membayar full dari dana operasional seluruh kewajiban yang jantuh tempo. Dan kita masih dalam kondisi pandemi," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penyebab Gagal Bayar MTN
Terdapat sejumlah penyebab PT Tridomain Performance Materials Tbk (TDPM) belum bisa membayar Performance Materials Tahun 2018 (MTN II) yang telah jatuh tempo. Hal tersebut diungkapkan Financial Advisor, Hendri Kurniadi saat paparan publik insidentil, yang dilakukan perseroan, Selasa, 11 Mei 2021.
"Ini kan perusahaan yang melakukan investasi jangka panjang dan juga memerlukan pendanaan untuk jangka pendek. Namun dalam kondisi pandemi ini ada beberapa hal yang diluar antisipasi sehingga ada penurunan omset," ujar dia secara virtual.
Selain itu, penyebab kedua terjadinya gagal bayar ialah kemunduran pembayaran. Selanjutnya, Hendri menyebut, proses produksi selama company berjalan dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat dan hal ini cukup sulit diterapkan secara mendadak.
"Keempat juga untuk mendapatkan fasilitas pendaaan saat pandemi cukup besar ya, jadi yang harus dilakukan restrukturisasi cukup besar tidak semudah saat kondisi normal," ujarnya.
Meski demikian, perusahaan menegaskan bila pihaknya masih bisa melakukan kinerja dengan baik, tidak melakukan PHK dan tetap menjaga silaturahmi dengan kreditur dan seluruh stakeholder atau pemangku kepentingan.
Advertisement