Liputan6.com, Jakarta - Lebaran sudah tiba. Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah ini tak lengkap bila tanpa kehadiran kue-kue lebaran. Maka, banyak rumah tangga sudah menyiapkannya sejak jauh-jauh hari, baik yang membeli jadi atau buat sendiri.
Kue lebaran di Indonesia banyak ragamnya. Tapi, ada beberapa yang selalu ada di setiap rumah warga dari Sabang sampai Merauke. Kehadirannya menyimpan sejarah panjang. Seperti apa kisahnya? Liputan6.com merangkum sejarah enam kue lebaran khas dari berbagai sumber, Selasa, 11 Mei 2021.
Advertisement
1. Nastar
Kue ini umumnya berbentuk bulat dengan isian selain nanas. Kehadiran nastar ternyata tak lepas dari masa pendudukan Belanda. Nama nastar merupakan gabungan dua kata yang diambil dari Bahasa Belanda, yaitu ananas atau nanas dan taartjes atau tart. Jadi, nastar merupakan kue tart yang di dalamnya berisi selai nanas.
Mulanya, resep nastar terinspirasi dari olahan pie Belanda yang dibuat dalam loyang besar dan diisi dengan selai yang terbuat apel, blueberi, atau stroberi. Ketika Belanda datang ke Nusantara dan ingin membuat kue tersebut, mereka mengalami kesulitan dalam mencari buah untuk selai yang tekstur kematangannya mirip layaknya buah yang ada di Belanda.
Kemudian, muncullah ide untuk mengganti buah-buahan itu dengan buah nanas yang banyak ditemui di Indonesia. Buah nanas juga dipilih karena rasanya yang manis dan asam mewaikil cita rasa yang dimiliki buah apel dan stroberi. Tak hanya isinya saja yang berubah, kini nanas mengalami modifikasi bentuk adonannya yang semula besar menjadi kecil-kecil.
2. Kastengel
Lagi-lagi kue asal negeri kincir angin menginspirasi kue lebaran di Indonesia. Di Belanda, kue kering ini bernama kaasstengels, gabungan dari dua kata yaitu kaas yang berarti keju dan stengels yang berarti batangan.
Kastengel sering juga disebut kue cheese fingers berkat rasa keju dan bentuknya yang memanjang bak jari-jemari. Kue satu ini juga pernah dijadikan sebagai alat tukar di kota Krabbedijke. Kastengel dapat dibarter dengan barang lainnya karena dianggap sebagai makanan bergengsi yang berasal dari komposisi keju mahalnya.
Pada masa penjajahan Belanda, kue ini biasa disajikan pada rumah-rumah milik pejabat atau pegawai Belanda yang menikahi perempuan pribumi. Dari situlah, akhirnya terjadi akulturasi kuliner yang tersimpan baik sampai sekarang dikenal menjadi kastengel.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
3. Putri Salju
Putri salju biasanya jadi kue kering yang menarik perhatian karena warnanya yang beda dengan kue lainnya. Kue ini tak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di Jerman dan Austria. Bahkan, ada pula yang menyebut bahwa putri salju yang kita kenal berasal dari Austria.
Di sana, putri salju disebut dengan nama Vanillekipferl. Bentuk dan rasa putri salju yang ada di sana juga persis seperti yang ada di sini, yakni bentuk bulan sabit kecil dengan rasa vanilla yang ditaburi gula halus. Nama putri salju diambil dari taburan gula halus berwarna putih di seluruh permukaan kue yang bak menyerupai salju. Saat menggigit kue ini, Anda juga akan merasakan sensasi dingin di mulut. Kue ini menjadi ciri khas perayaan Natal di Jerman dan Austria.
4. Semprit
Konon, kue ini ditemukan secara tidak sengaja ketika sang koki ingin membuat kue ulang tahun. Ia hendak menguji terlebih dahulu sebagian kecil adonan kuenya untuk dipanggang di oven. Ternyata setelah adonan kecil itu matang dan kering, rasanya enak dan malah lebih tahan lama untuk disimpan.
Kalau di Indonesia kue ini terkenal dengan nama semprit, di luar negeri kue ini dinamai spritz. Nama spritz berasal dari bahasa Jerman, yaitu spritzen yang artinya dimuncratkan. Nama itu sesuai dengan cara membuat kue semprit yang dimuncratkan dengan menggunakan alat bernama spuit. Adonan kue ini nantinya dimasukkan dalam plastik lalu pada bagian ujungnya diberikan alat spuit itu kemudian adonan pun dimuncratkan dengan bentuk melingkar.
Advertisement
5. Lidah Kucing
Kue lebaran berbentuk panjang ini juga datang dari negeri bunga tulip. Kue ini masuk ke Indonesia seiring dengan kedatangan kolonial belanda masa itu. Dalam bahasa Belanda, kue ini dinamakan Katte Tong yang berarti lidah kucing.
Nama itu diambil karena bentuk kuenya yang tipis dan putih seperti lidah kucing. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang renyah membuatnya cocok dengan lidah lokal. Pantas saja lidah kucing tetap bertahan jadi pilihan kue kering saat lebaran.
6. Biji Ketapang
Tak melulu warisan bangsa Eropa, yang satu ini adalah kue kering tradisional. Biji ketapang merupakan kue khas Betawi berbahan dasar terigu, margarin, gula pasir, santan, telur, garam, dan vanili. Pembuatannya yaitu dengan mencampur seluruh bahan menjadi adonan dan dipotong kecil-kecil sebelum digoreng sampai kecoklatan.
Melihat bahan-bahan yang disebutkan untuk pembuatan kue biji ketapang, rasanya tidak ada unsur pohon ketapang sama sekali di dalamnya. Lalu mengapa disebut biji ketapang? Ternyata, nama biji ketapang ini terinspirasi dari bentuk biji buah pohon ketapang yang warnanya kekuning-kuningan.
Di tanah Betawi dahulu banyak tumbuh pohon ketapang, buah pohon ketapang tersebut banyak tercecer di jalanan sehingga sering dipungut untuk dimakan bijinya. Rasa gurih dan teksturnya yang renyah itulah yang menginspirasi kue biji ketapang. Penamaan biji ketapang ini juga terkait dengan masyarakat Betawi tempo dulu yang terbilang memang sering menamakan berbagai macam hal dengan nama tumbuhan. (Jihan Karina Lasena)
Camilan Tradisional Tampil Lebih Kekinian
Advertisement