Liputan6.com, Mosul - Beberapa hari menjelang jam malam semasa libur Idul Fitri, warga Mosul, Irak, berbondong-bondong ke toko dan pasar untuk berbelanja makanan dan pakaian.
Warga Irak di kota Mosul berbondong-bondong mendatangi toko-toko dan pasar-pasar pada akhir pekan ini. Muslim biasanya berbelanja makanan, camilan manis dan baju baru menjelang Idul Fitri, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (12/5/2021).
Advertisement
Mumin Akram, warga Mosul, termasuk di antara mereka yang mendatangi pasar dan toko itu. Namun, katanya, "Saya perhatikan harga-harga sangat mahal. Contohnya, kemeja yang biasanya 5 ribu dinar (hampir 50 ribu rupiah) kini harganya naik menjadi 10 ribu dinar.""Untuk apa saya membelinya? Saya tidak membelinya pada harga lama dan juga tidak akan membelinya dengan harga baru seperti itu. Saya lebih baik ke pasar baju bekas, mungkin saya bisa menemukan sesuatu yang bagus di sana.
Selain camilan yang rasanya manis, yang banyak diburu konsumen adalah aneka jenis kacang. Ini disampaikan oleh Ahmad Nazar, seorang pemilik toko kacang dan camilan manis di pasar Mosul.
"Yang paling banyak dicari adalah aneka kacang, juga makanan manis Mosul. Kami terkenal di sini karena kami telah terjun ke bisnis ini selama 50 tahun. Saya diwarisi bisnis ini dari ayah dan kakek saya. Jadi kami bukan orang baru dalam bisnis ini. Orang-orang membeli kacang-kacangan, manisan gulung, aneka permen, permen dan kacang isi dan banyak lagi," komentarnya.
Saksikan Video Berikut Ini:
Idul Fitri di Irak
Di Irak, perayaan Idul Fitri berlangsung selama tiga hari, yang biasanya diisi dengan bersilaturahmi dan saling mengunjungi keluarga serta bertukar hadiah.
Namun Idul Fitri mendatang masih berlangsung di tengah pandemi virus corona dan krisis ekonomi yang mencengkeram negara itu. Untuk tahun kedua berturut-turut, pemerintah mengumumkan berbagai pembatasan terkait virus corona yang akan berlaku selama libur Idul Fitri.
Selama libur tiga hari itu, pemerintah memberlakukan larangan penuh keluar rumah.
Hisham Abdul-Khaliq, seorang pemilik toko busana mengeluhkan pengumuman pemerintah mengenai pembatasan tersebut.
Ia mengatakan, "Sejak awal, sewaktu pemerintah menyatakan akan ada jam malam, kami perhatikan mayoritas warga takut untuk keluar. Ini menyebabkan berkurangnya permintaan untuk berbelanja. Jadi, mengapa mereka mengumumkan jam malam ini? Biarlah kami hidup seperti sekarang ini. Atau, memangnya sekarang tidak ada virus corona, dan baru ada pada Idul Fitri?.”
Advertisement