Kata Epidemiolog UGM Soal Tes Acak Covid-19 Pemudik

Pemerintah yang melakukan tes acak terhadap 6.742 pemudik di pos penyekatan dan mendapatkan sekitar 4.123 pemudik yang terkonfirmasi positif Covid-19.

oleh Yanuar H diperbarui 14 Mei 2021, 02:00 WIB
Ilustrasi Mudik (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria Wiratama mengomentari temuan 4.123 dari 6.742 pemudik yang terkonfirmasi Covid-19 dari tes Covid-19 acak. Menurutnya tes acak belum bisa menunjukkan gambaran angka sebenarnya.

“Belum tentu (angka sebenarnya), karena untuk menggambarkan kondisi sebenarnya kita perlu kaidah yang benar dalam mengambil sampel secara acak,” kata Bayu Satria, Senin (11/5/2021) silam.

Bayu menjelaskan, angka tersebut cukup mengkhawatirkan jika tes secara acak itu menggunakan tes rapid antigen, swab PCR atau Genose C19. Namun begitu tidak bisa menjadi dasar yang menggambarkan kondisi pemudik yang terpapar Covid-19. 

"Untuk mencapai gambaran sebenarnya perlu sistematika pengambilan sampel acak yang sesuai kaidah," katanya.

Menurut Bayu keputusan pemerintah melarang warga untuk mudik untuk mengantisipasi adanya gelombang kedua pandemi  sangat sepakat. Meski sudah ada larangan mudik tetap ada saja warga yang memilih mudik jauh-jauh hari bahkan menerobos pos-pos penyekatan mudik. 

“Pelarangan mudik susah dilakukan apalagi tanpa penjelasan dan komunikasi yang bagus dari pemerintah. Misalnya kenapa mudik dilarang tapi berwisata boleh?,” katanya.

Bagi warga yang terlanjur mudik Bayu menyarankan agar tetap waspada dan pemudik harus dilakukan tes Covid-19 sebanyak dua kali di saat kedatangan dan dikarantina terlebih dahulu. Selanjutnya ada penguatan sistem surveilans dan monitoring kasus di masing-masing wilayah terutama sampai tingkat RT/RW. Apabila dilakukan sudah dilakukan deteksi dini dan diisolasi dengan cepat kasus yang muncul maka bisa ditekan penyebarannya.

“Intinya jika memungkinkan semua pemudik yang kembali pulang dikarantina dulu 5 hari dan dites dua kali,” paparnya.

Namun yang tidak kalah lebih penting, imbuhnya, pelaporan di tingkat RT/RW juga harus bagus untuk mencatat siapa saja pemudik yg datang sampai dengan kontak erat dan alamat asal untuk dilaporkan ke satgas daerah. 

“Tujuannya  untuk mempermudah kontak tracing jika terjadi kasus,” katanya

Soal larangan mudik,  menurutnya edukasi tetap menjadi bagian yang penting dalam pencegahan Covid-19 dan sebaiknya perlu dibuat seragam dari pusat sampai daerah karena sampai saat ini masih belum seragam.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya