Pesan Panglima Santri Gayeng Gus Yasin di Hari Lebaran

Menjadi imam dalam salat Idul Fitri yang diikuti staf wakil gubernur beserta keluarga tersebut, Wagub Taj Yasin menyampaikan tentang kualitas takwa orang muslim

oleh Felek Wahyu diperbarui 14 Mei 2021, 13:00 WIB
Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin saat menjadi imam Salat Ied di Rumah Dinas. (Foto: Liputan6.com/Felek Wahyu)

Liputan6.com, Semarang - Semakin tinggi kualitas takwa seseorang, indikasi semakin tinggi pula kesuksesan berpuasa. Demikian juga sebaliknya, semakin hilang kualitas takwa dalam diri, pertanda semakin gagal sepanjang Ramadan.

Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Tengah H. Taj Yasin Maimoen usai salat Idul Fitri di Musala Baitul Musthofa yang berada di rumah dinasnya, di Jalan Rinjani Semarang, Kamis (13/5/2021).

Menjadi imam dalam salat Idul Fitri yang diikuti staf wakil gubernur beserta keluarga tersebut, Wagub Taj Yasin menyampaikan tentang kualitas takwa orang muslim.

"Jika standar pencapaian tertinggi puasa adalah takwa, maka tanda manusia sukses melewati Ramadan pun tak lepas dari ciri-ciri orang muttaqin atau orang-orang yang bertakwa," kata Taj Yasin, yang juga Panglima Santri Gayeng.

Menurut Gus Yasin, beberapa ayat Al Quran menjelaskan ciri-ciri orang takwa. Di antaranya, orang-orang yang menafkahkan hartanya pada saat senang dan pada saat susah, serta orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Mengendalikan Amarah

Gus Mus dan Taj Yasin (Tim Media Taj Yasin)

Dalam konteks Ramadan dan Idul Fitri, kata dia, sifat takwa pertama sebenarnya sudah mulai didorong oleh Islam melalui ajaran zakat fitrah.

Zakat fitrah merupakan simbol bahwa “rapor kelulusan” puasa harus ditandai dengan mengorbankan sebagian kekayaan dan menaruh kepedulian kepada mereka yang lemah. 

Sedangkan ciri lainnya adalah mampu menahan amarah. Marah merupakan gejala manusiawi. Tapi orang-orang yang bertakwa tidak akan mengumbar marah begitu saja.

Ibarat termos, orang bertakwa semestinya mampu menyembunyikan panas di dadanya sehingga orang-orang di sekitarnya tidak tahu bahwa ia sedang marah.

Kemudian ciri ketiga orang bertakwa adalah memaafkan kesalahan orang lain. Karenanya, ulama-ulama di tanah air menciptakan tradisi bersilaturahmi dan saling memaafkan di momen lebaran. 

"Sempurnalah, ketika kita usai membersihkan diri dari kesalahan pada Allah, selanjutnya kita saling memaafkan kesalahan di antara manusia," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya