Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) mendesak negara-negara kaya yang akan memvaksinasi warga usia remaja dan anak agar menyumbangkan vaksin COVID-19 tersebut untuk negara-negara miskin.
Desakan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingat saat ini masih banyak negara-negara miskin yang baru memulai vaksinasi pada kelompok prioritas seperti tenaga kesehatan dan orang lanjut usia.
Advertisement
Menurut Tedros, daripada memvaksin kelompok usia muda dan sehat, negara-negara kaya bisa menyumbangkan vaksin yang mereka miliki ke COVAX. Sehingga, tenaga kesehatan dan orang-orang kelompok rentan di negara-negara ketiga bisa terlindungi dari virus SARS-CoV-2.
"Di Januari saya bicara potensi bencana moral. Sayangnya, kami sekarang menyaksikan drama seperti ini. Beberapa negara kaya membeli pasokan dan bakal menyuntikkannya ke kelompok berisiko rendah," kata Tedros.
"Saya paham mengapa negara-negara tersebut ingin memvaksinasi anak-anak dan remaja. Namun, saat ini saya mendesak agar mereka memikirkan ulang dan lebih memilih mendonasikan ke COVAX," lanjut Tedros mengutip The Guardian.
Bagi negara-negara miskin dan menengah ke bawah, pasokan yang ada saat ini amat kurang untuk memvaksin kelompok prioritas seperti tenaga kesehatan.
WHO Harap Banyak Negara Ikuti Swedia dan Prancis
WHO berharap agar banyak negara kaya mengikuti langkah Prancis dan Swedia untuk menyumbangkan vaksin COVID-19 ke COVAX. Dua negara tersebut sudah memvaksin kelompok prioritas.
Bila vaksin diberikan ke negara-negara miskin, jurang perbedaan vaksinasi antara negara kaya dan miskin bisa didekatkan.
Saat ini memang ada beberapa negara yang berencana menyuntikkan vaksin COVID-19 untuk anak dan remaja. Kanada dan Amerika Serikat dua diantaranya.
Saat ini sudah 1,4 miliar dosis vaksin COVID-19 disuntikkan di 210 negara. Sekitar 44 persen dari dosis yang ada dikelola negara-negara berpenghasilan tinggi. Hanya 0,3 persen yang dikelola 29 negara berpenghasilan rendah.
Menghadapi ketidaksetaraan ini, Tedros memperingatkan bahwa mungkin akan lebih banyak kematian karena COVID-19 pada tahun ini dari tahun lalu.
Advertisement