7 Fakta Terkait Gempa yang Sempat Getarkan Nias Barat

Gempa bumi menggetarkan wilayah Nias Barat, Sumatera Utara pada Jumat 14 Mei 2021 kemarin. Gempa tersebut bermagnitudo 6,7.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 15 Mei 2021, 10:09 WIB
Gempa Magnitudo 7,2 di Nias. (Liputan6.com/ BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi menggetarkan wilayah Nias Barat, Sumatera Utara pada Jumat 14 Mei 2021 kemarin. Gempa tersebut bermagnitudo 6,7.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa yang terjadi pada pukul 13.33 WIB itu berada di lepas pantai barat daya Nias Barat.

Sebelumnya, gempa ini dikabarkan bermagnitudo 7,2 namun dimutakhirkan BMKG menjadi 6,7. Usai itu, ada beberapa gempa susulan yang terjadi.

Disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawita, terjadi setidaknya 9 gempa susulan di Nias Barat dengan rentang magnitudo 3,3 hingga 5,3.

"Hingga hari ini pukul 16.00 WIB, telah tercatat adanya gempa susulan sebanyak 9 kali dengan rentang magnitudo 3,3 hingga 5,3," ujar Dwikorita dalam konferensi virtual, Jumat, 14 Mei 2021.

Dia pun mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak bertanggung jawab.

"Kami mengimbau masyarakat tetap tenang (dan) tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya," kata Dwikorita.

Berikut fakta-fakta terkait gempa yang getarkan Nias Barat, Sumatera Utara dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Dimutakhirkan dari M 7,2 Jadi M 6,7

Gempa berkekuatan 5,2 SR guncang Malang, Jawa Timur pada Rabu, 8 Agustus 2018. (Ilustrasi: iStockphoto)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memutakhirkan gempa bumi di Nias Barat dari M 7,2 menjadi M 6,7.

Gempa ini berada di lepas pantai barat daya Nias Barat, Sumatera Utara, pukul 13.33 WIB, Jumat, 14 Mei 2021.

Gempa susulan pun terjadi pukul 14.16 WIB. Lindu susulan itu berkekuatan M 5,2.

Pusat gempa susulan berada pada titik koordinat 0.21 LU-96.58 BT di kedalaman 10 kilometer (km) dan tidak berpotensi tsunami.

Menurut BMKG, jenis dan mekanisme gempa tersebut merupakan gempa bumi dangkal yang berada di zona outer-rise, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya.

 


Terjadi 9 Kali Gempa Susulan

Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

BMKG mencatat sudah terjadi 9 kali gempa susulan di Nias Barat dengan rentang magnitudo 3,3 hingga 5,3.

"Hingga hari ini pukul 16.00 WIB, telah tercatat adanya gempa susulan sebanyak 9 kali dengan rentang magnitudo 3,3 hingga 5,3," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawita dalam konferensi virtual, Jumat, 14 Mei 2021.

Masyarakat Diminta Tak Panik dan Pastikan Periksa Tempat Berlindung

Dwikorita mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak bertanggung jawab.

BMKG memperkirakan lindu susulan masih akan terus terjadi. Oleh karena itu bagi warga di wilayah terdampak diimbau untuk mewaspadai gempa susulan dan menghindari bangunan yang sudah retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

Oleh karena itu, warga juga diminta segera memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup kuat atau cukup tahan terhadap gempa bumi, dan memastikan tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan tempat tinggal.

"Pastikan bangunan tempat tinggal bapak/ibu masih cukup aman, cukup stabil apabila terjadi gempa-gempa susulan," tutur Dwikorita.

 


Alasan Gempa Dimutakhirkan dari M 7,2 ke 6,7

Ilustrasi gempa bumi (Photo: AFP/Frederick Florin)

BMKG menjelaskan alasan memutakhirkan gempa yang mengguncang Nias Barat, Sumatera Utara dari magnitudo 7,2 menjadi 6,7.

BMKG mengakui bahwa dalam memberikan informasi terkait gempa, pihaknya lebih mengedepankan kecepatan daripada akurasi data.

"Perlu dipahami bahwa sistem informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang di Indonesia ini kurang lebihnya kita berkaca pada seperti di Jepang kemudian juga di Australia dan juga di India," papar Dwikorita.

"Karena apa? Tugas kita adalah memberikan informasi sedini mungkin agar dapat segera dilakukan penyelamatan. Jadi baik Jepang, Indonesia, Australia, dan policynya kecepatan itu nomor satu, bukan akurasi," sambung dia.

Dia mengatakan, data informasi terkait gempa bumi baru stabil pada menit ke-15. Namun, Indonesia, Jepang, Australia, dan India merilis peringatan gempa pada menit ke-3 sehingga data yang masuk belum lengkap.

Dwikorita menuturkan bahwa kebijakan ini berbeda dengan Amerika dan Jerman dimana masing-masing negara mengeluarkan informasi gempa pada menit 15 sampai 20.

Hal ini dikarenakan kedua negara tersebut tak dituntut untuk memberikan informasi gempa dengan cepat dan mementingkan akurasi data.

"Dibandingkan dengan menit ke-15 data sensor yang masuk itu jumlahnya sangat berbeda sehingga belum cukup stabil. Namun, karena untuk kepentingan keselamatan, policy kami skenario terburuk sehingga kita keluarkan lebih dahulu pada menit ketiga. Jadi bukan diralat di update," kata Dwikorita.

 


Indonesia Mengedepankan Kecepatan

Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Menurut Dwikorita, Indonesia tak mungkin menerapkan kebijakan yang sama dengan Amerika dan Jerman dalam mengeluarkan informasi gempa.

Dwikorita menekankan, Indonesia mengedepankan kecepatan dan informasi gempa berkaitan dengan peringatan dini tsunami.

"USGS (Amerika) tidak memberikan peringatan dini tsunami, Jerman juga tidak memberikan peringatan dini tsunami. Tetapi di Jepang, Indonesia, Australia, dan India mereka harus memberikan peringatan dini tsunami," ucap dia.

Dia menyampaikan apabila Indonesia menunggu menit ke-15 baru mengeluarkan informasi gempa, maka tidak ada gunanya istilah peringatan dini. Sebab, peringatan dini dikeluarkan agar masyarakat berhati-hati dan waspada akan bencana.

"Kalau magnitudo dihitung stabil pada menit ke-15, tsunami bisa datang pada menit kedua. Jadi tidak ada gunanya istilah peringatan dini kalau menunggu stabil pada menit ke-15," terang dia.

 


BMKG Pastikan Perbedaan Magnitudo Gempa Tak Berbeda Jauh

Ilustrasi Gempa

Kendati begitu, BMKG berupaya agar data gempa yang dimutakhirkan selisihnya tidak lebih tinggi dari data awal.

Dwikorita menyebut, apabila data yang dimutakhirkan lebih tinggi atau sangat jauh, maka akan berbahaya.

"Kami berupaya agar update itu selalu selisihnya maksimum 0,7 atau paling buruk itu tidak lebih dari satu dan harus lebih rendah," tegas Dwikorita.

 


BNPB Sebut Warga Sumbar Sempat Diungsikan

Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Raditya Jati mengatakan, sejumlah masyarakat di Desa Simalegi di Sumatera Barat sempat diungsikan ke tempat aman.

Hal ini dilakukan usai mereka merasakan adanya guncangan gempa Nias Barat magnitudo 7,2 yang dimutakhirkan menjadi magnitudo 6,7 pada pada Jumat, 14 Mei 2021 pukul 13.33 WIB.

"Mereka sempat mengungsi ke tempat yang lebih aman (saat terjadi guncangan gempa)," tulis Radiya dalam keterangan tertulis diterima.

Kendati secara berangsur, lanjut Raditya, saat ini mereka telah kembali ke rumah masing-masing.

"BPBD setempat tetap mengimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap potensi gempa susulan," jelas dia.


Deretan Gempa Terbesar di Indonesia dalam 5 Tahun Terakhir

INFOGRAFIS: Deretan Gempa Terbesar di Indonesia dalam 5 Tahun Terakhir (Liputan6.com / Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya