Liputan6.com, Jakarta - Akademisi dan Praktisi Klinis, Ari Fahrial Syam, memaparkan peningkatan penyakit setelah Lebaran di era pandemi COVID-19.
Walaupun secara teori seharusnya orang menjadi lebih sehat lantaran melaksanakan puasa Ramadan selama 30 hari, tapi kenyataannya tidak sedikit orang yang kebablasan di saat Idul Fitri.
Advertisement
Ari, menjelaskan, tubuh melakukan proses detoksifikasi, pengontrolan gula darah, dan kolesterol saat seseorang berpuasa di bulan Ramadan. Selain itu, tercapainya ketenangan jiwa yang optimal sehingga orang-orang yang berpuasa akan dilahirkan sebagai seorang bayi dengan kondisi yang bersih.
"Akan tetapi faktnya, banyak juga masyarakat yang mendapatkan sebaliknya setelah puasa Ramadan berakhir, terjadi gangguan kesehatan bahkan sampai mengalami kecacatan dan kematian," kata Ari seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Minggu, 16 Mei 2021.
Berbagai penyakit kronik, lanjut Ari, umumnya cenderung akan mengalami kekambuhan setelah Lebaran. Apalagi seseorang di rumah saja atau stay at home dan tidak banyak bergerak lantaran tidak ada acara berkunjung selama masa pandemi COVID-19.
Hal ini berujung pada makan dan mengemil yang menjadi kompensasi, yang bisa dilakukan sebagian besar masyarakat usai puasa Ramadan ketika di rumah saja. Belum lagi makanan dan dan minuman yang tersedia selama Lebaran biasanya akan lebih banyak dan bervariasi. Umumnya makanan tersebut tinggi lemak, manis dan asin.
"Biasanya makanan yang berlemak cenderung menjadi pilihan karena bisa tahan lama dan bisa dipanaskan berulang," kata Ari.
Ditambah pula dengan berbagai minuman kaleng yang bersoda tersedia selama Lebaran. Dan, makanan dan minuman yang tersedia ini hanya dikonsumsi anggota keluarga saja.
"Tentunya bisa saja makanan-minuman ini juga dikonsumsi oleh seseorang yang sudah mempunyai penyakit kronik, penyakitnya dapat mengalami kekambuhan," kata Ari.
"Pasien dengan penyakit kencing manis akan cenderung gula darahnya menjadi tidak terkontrol. Pasien dengan penyakit darah tinggi tekanan darahnya menjadi tidak terkontrol. Pasien dengan hiperkolesterol atau asam urat tinggi maka keadaan kolesterol dan asam urat tingginya menjadi bertambah parah," Ari menambahkan.
Lebih lanjut Ari, mengatakan, pasien yang sudah obesitas dan jika saat berpuasa sudah mengalami penurunan berat badan, sehabis Lebaran cenderung berat badannya kembali seperti sebelum puasa dan jika makannya tidak terkontrol selama Idul Fitri, bahkan berat badannya akan bertambah melonjak.
"Mesti selalu diingat bahwa pasien COVID-19 dengan penyakit penyerta termasuk obesitas akan mempunyai prognosis buruk dan mendapat komplikasi jika terinfeksi Virus Corona. Oleh sebab itu, berat badan yang sudah turun ini harus dipertahankan," kata Ari.