Trivia Saham: Mengenal dan Membaca MACD Sebelum Transaksi Saham

Biasanya, analisis fundamental lebih dibutuhkan untuk investasi jangka panjang.Sementara analisis teknikal acap digunakan untuk investasi jangka pendek atau trading.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Mei 2021, 16:29 WIB
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam mengambil keputusan investasi, investor memiliki sejumlah pertimbangan. Umumnya, investor akan menggunakan dua jenis analisis, yakni analisis fundamental dan teknikal.

Biasanya, analisis fundamental lebih dibutuhkan untuk investasi jangka panjang.Sementara analisis teknikal acap digunakan untuk investasi jangka pendek atau trading. Salah satu cara menentukan keputusan trading salah satunya dengan menggunakan indikator yang layak.

Kali ini, Trivia Saham akan membahas indikator yang cukup populer di kalangan trader analisis teknikal, yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD).

Dilansir dari berbagai sumber, MACD adalah indikator yang mengikuti tren dan menggunakan pergerakan rata-rata (Moving Average/MA) untuk menentukan momentum saham, mata uang digital, atau aset perdagangan lainnya. 

MACD juga digunakan untuk mendeteksi jenuh beli (overbought) dan jenuh jual (oversold) dengan melihat hubungan antara Moving Average jangka panjang dan pendek. Indikator ini sangat berguna untuk menentukan potensi titik masuk dan keluar dari pasar.

MACD dihitung dengan mengurangi dua Exponential Moving Average (EMA) dengan garis utama (garis MACD), yang akan digunakan untuk mengkalkulasi EMA lain yang merepresentasikan garis sinyal.

Kemudian ada histogram MACD yang dikalkulasi berdasarkan dengan perbedaan antara kedua garis tersebut. Histogram ini, bersama dengan dua garis lainnya, berfluktuasi di atas dan di bawah garis tengah, yang juga dikenal sebagai garis nol.

Oleh karena itu, indikator MACD berisikan tiga elemen yang bergerak di sekitar garis nol, antara lain:

- Signal Line. Biasanya berwarna merah. Dihitung dari EMA (Exponential Moving Average) dalam rentang waktu 9 hari. Periode Signal Line bisa diubah. Penggabungan analisa dari garis sinyal dengan garis MACD dapat membantu dalam menemukan potensi perputaran atau titik masuk dan keluar.

- MACD Line. Garis ini dihitung dari pengurangan EMA selama 26 hari dan 12 hari (EMA12 – EMA26). Periode dapat diubah sesuai preferensi. Garis ini dapat membantu menentukan momentum naik atau turun (tren pasar).

- MACD Histogram. Grafik Bar MACD histogram ini dihitung dari pengurangan dari nilai MACD line dengan signal line (MACD line – Signal Line).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Analisis Teknikal

Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, MACD dapat digunakan untuk mengetahui kapan waktu untuk menjual dan membeli. Jika nilai MACD positif (di atas nol), berarti pasar bersifat Bullish. Sedangkan bila nilai MACD negatif (di bawah nol), berarti pasar bersifat Bearish.

Sementara, jika MACD line menembus ke atas atas signal line, maka saat itu adalah saat yang tepat untuk membeli karena pasar memulai trend bullish. Sedangkan bila MACD line menembus ke bawah signal line, maka saat itu adalah saat untuk menjual karena pasar memulai trend bearish.

Kesimpulannya, apabila MACD bernilai positif dan MACD line memotong signal line dari bawah ke atas (Golden Cross), maka itulah saatnya untuk membeli.

Sebaliknya, apabila MACD bernilai negatif dan MACD line memotong signal line dari atas ke bawah (Dead Cross), maka itulah saatnya untuk menjual.

Selain menggunakan MACD line, data MACD histogram juga dapat dipakai untuk menentukan langkah transaksi. Data MACD histogram didapat dari nilai MACD line dikurangi signal line. Hasil grafik histogramnya adalah grafik bar yang berfluktuasi di atas dan di bawah garis nol. 

Jika MACD berada di atas garis sinyal, histogram akan berada di atas garis dasar MACD. Jika MACD berada di bawah garis sinyalnya, histogram akan berada di bawah garis dasar MACD. Trader menggunakan histogram MACD untuk mengidentifikasi kapan momentum bullish atau bearish tinggi.

Seperti kebanyakan indikator dalam analisis teknikal, MACD tidak selalu akurat dan dapat memberikan sinyal yang salah dan menyesatkan, terutama dalam relasi kepada aset yang berfluktuasi atau pada saat pelemahan tren atau aksi harga kesamping.

Oleh sebab itu, banyak rader menggunakan MACD bersamaan dengan indikator lain, seperti Relative Strength Index (RSI) untuk mengurangi resiko dan untuk mengkonfirmasi sinyal lebih dalam.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya