Liputan6.com, Jakarta - Menyandang status penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex gencar mencoba usaha baru, salah satunya melakukan produksi Alat Pelindung Diri (APD) dan masker kain.
Seperti dilansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Sritex tersebut, secara resmi menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik Firman, Suryantoro, Sugeng, Suzy, Hartomo dan Rekan (KJPP FAST), untuk menyusun studi kelayakan sesuai surat penawaran No. 005/SI-SP/FAST/IV/21, tanggal 28 April 2021.
"Maksud dari penilaian adalah mengkaji kelayakan atas Rencana Proyek, dilihat dari berbagai aspek yang relevan terkait Rencana Proyek," tulis informasi tersebut, ditulis Minggu (15/5/2021).
Informasi tersebut juga menyebut, Sritex tengah berupaya memperoleh pendapat atas kelayakan Rencana Proyek dari pihak ensitivet, untuk memenuhi ketentuanketentuan sebagaimana diatur dalam POJK Nomor 17/POJK.04/2020 tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha.
Baca Juga
Advertisement
"Berdasarkan penelaahan aspek teknis, Rencana Proyek telah memiliki sertifikasi lulus pengujian berdasarkan standar internasional AAMI Level 3 dan Level 4, di mana Level 4 berarti bahwa produk APD yang dihasil memberikan proteksi level tertinggi terhadap cairan dan virus,” tulis informasi tersebut.
Selain itu, rencana proyek mendapatkan keuntungan dari integrasi rantai produksi dan skala ekonomi yang dimiliki Sritex.
Integrasi rantai produksi memberikan kendali atas sebagian besar rantai produksi yang dibutuhkan. Berdasarkan analisis aspek keuangan, rencana proyek membutuhkan biaya investasi sebesar Rp280,5 miliar yang akan didanai melalui dana internal Perseroan.
"Mengaplikasikan biaya modal sebesar 10,21 persen maka Rencana Proyek akan menghasilkan NPV (net present value) sebesar Rp84,5 miliar, IRR (internal rate of return) sebesar 17,41 persen, dan PI (profitability index) sebesar 1,30x, di mana seluruh parameter kelayakan finansial tersebut mengindikasikan Rencana Proyek layak untuk didanai," tulisnya.
Selanjutnya dari analisis sensitivitas diketahui bahwa perubahan rasio biaya pokok produksi terhadap penjualan lebih sensitif dibandingkan perubahan tingkat pertumbuhan harga jual.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Gerak Saham SRIL
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa, 11 Mei 2021, saham SRIL stagnan di posisi Rp 152 per saham. Saham SRIL naik tipis ke posisi Rp 153 per saham. Saham SRIL berada di kisaran Rp 152-Rp 167 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 11.873 kali dengan nilai transaksi Rp 47,3 miliar.
Advertisement