Okupansi Hotel di Yogyakarta dan Sumatera Turun Paling Parah Saat Libur Lebaran

Pelarangan mudik berdampak pada penurunan okupansi hotel saat dua hari libur Lebaran pada 13-14 Mei 2021

oleh Andina Librianty diperbarui 17 Mei 2021, 13:00 WIB
Staycation (c) Traveloka

Liputan6.com, Jakarta - Pelarangan mudik berdampak pada penurunan okupansi hotel saat dua hari libur Lebaran pada 13-14 Mei 2021. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengungkapkan tingkat keterisian hotel di berbagai daerah banyak yang berada di bawah 10 persen.

Penurunan okupansi hotel ini antara lain terjadi di wilayah Yogyakarta dan Sumatera. "Pada saat Lebaran ini bisa sampai single digit. Banyak yang mendapatkan di bawah 10 persen di berbagai daerah, kecuali daerah-daerah tertentu," kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran, kepada Liputan6.com pada Senin (17/5/2021).

Daerah yang masuk dalam pengecualian tersebut, katanya, seperti di wilayah Jabodetabek atau khususnya DKI Jakarta yang masih ada mencatat okupansi sampai 70-80 persen.

Namun, yang bisa mencapai angkat tersebut hanya hotel bintang tiga ke atas dengan fasilitas lengkap. Sehingga program staycation mereka masih bisa berjalan.

Dijelaskan Maulana, sebenarnya okupansi hotel sudah mulai menurun sejak bulan Ramadan. Terlepas dari tahun-tahun sebelumnya yang memang terjadi penurunan okupansi hotel selama bulan puasa.

Untuk tahun ini, katanya, rata-rata okupansi hotel pada Januari, Februari dan Maret masih di angka 34 persen. Kemudian pada April terjadi penurunan karena setengahnya sudah memasuki bulan puasa, ditambah lagi dengan pengetatan perjalan sejak 22 April 2021.

"Sehingga orang-orang yang masih melakukan perjalanan bisnis trip pun ikut terdampak. Seluruh Indonesia diberlakukan naik pesawat itu 1x24 jam, sehingga okupansi itu sudah mulai dari sana turunnya," jelas Maulana.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Restoran

Staycation di Hotel Balairung di Jakarta. (Liputan6.com/Henry)

Sementara mengenai kunjungan restoran, kondisinya masih lebih baik daripada hotel. Kondisi restoran ini terutama terbantu dengan kunjungan dari penduduk lokal.

"Kalau restoran tentu situasinya berbeda karena restoran bisa dinikmati oleh penduduk lokal, jadi masih bisa mendapatkan konsumen pada saat kondisi tersebut. Walaupun di berbagai daerah sebenarnya juga terjadi penurunan karena biasanya konsumennya pendatang juga, namun tidak separah hotel," kata Maulana.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya