Liputan6.com, Gaza - Menjelang akhir Ramadhan 2021, warga Gaza di Palestina tidak bisa menyambut Lebaran dengan sukacita. Percikan api konflik yang bermunculan selama bulan puasa akhirnya tersulut menjadi pertempuran melawan Israel.
Ketegangan sebetulnya terjadi sejak April 2021. Arab News melaporkan bahwa aparat Israel melakukan sabotase pada speaker Masjid Al-Aqsa. Alasannya, suara speaker bisa menganggu tentara baru yang berdoa di tembok Buraq.
Baca Juga
Advertisement
Tindakan Israel memicu kecaman dari Yordania yang menganggap tindakan Israel sebagai provokasi.
Konflik-konflik lain pun bermunculan, termasuk penembakan seorang remaja 16 tahun oleh Israel pada awal Mei 2021. Puncaknya, bentrokan terjadi di Masjid Al-Aqsa ketika jemaah bentrok dengan polisi Israel.
Hingga kini, Hamas dan Israel masih saling serang dan korban jiwa terus berjatuhan. Berikut kronologi konflik Israel Palestina dan Hamas pada Mei 2021:
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
1. Bibit Konflik
Sejak April 2021, bibit konflik telah disebar oleh pihak Israel. Salah satunya adalah memutuskan aliran listrik ke speaker di menara Masjid Al-Aqsa.
Pengelola area Masjid Al-Aqsa dari Yordania berkata Israel tidak punya wewenang dalam hal itu, demikian laporan Arab News.
Gesekan sosial lain juga terjadi. Haaretz melaporkan bahwa ada otoritas Israel menutup Damascus Gate yang merupakan lokasi populer saat Ramadhan.
Damascus Gate juga tutup tahun lalu karena COVID-19. Bentrokan lantas terjadi sampai akhirnya terjadi negosiasi dan Damascus Gate kembali buka.
Pertikaian antar masyarakat sipil juga terjadi. Pada 15 April, seorang rabbi ditampar oleh pemuda Palestina di dalam kereta. Videonya itu disebar lewat TikTok dan memicu kecaman.
Pada 22 April, kelompok far-right Yahudi menggelar aksi di Yerusalem. Bentrokan terjadi dengan polisi, warga Arab Palestina, dan kelompok tandingan. Kerusuhan terus terjadi seminggu ke depan, diduga pembalasan atas serangan yang tersebar di TikTok.
Pada 5 Mei, seorang remaja Palestina, Saeed Yusuf Muhammad Oudeh ditembak oleh Israel Defence Forces (IDF) ketika ada bentrokan di Tepi Barat. Pemimpin militer Hamas berjanji akan membalas bila Israel tidak menghentikan agresi.
Advertisement
2. Prahara di Minggu Terakhir Ramadhan
Pada 7 Mei, bentrokan terjadi di Masjid Al-Aqsa antara jemaah Palestina dan polisi Israel.
Berdasarkan laporan Deutsche Welle, Bulan Sabit Merah Palestina menyebut banyak korban terluka di kepala dan mata akibat peluru karet. Ada juga korban luka dari granat kejut.
Ketika bentrokan terjadi, jemaah melempari polisi dengan kursi, sepatu, dan batu. Polisi lantas membalas dengan tembakan.
Arab News melaporkan lebih dari 200 warga Palestina terluka akibat bentrokan ini. Lebih dari 80 orang harus mendapat perawatan di rumah sakit.
Di lain pihak, ada 17 korban luka di pihak kepolisian Israel.
3. Sengketa di Sheikh Jarrah
Salah satu hal yang ikut memantik konflik adalah sengketa di Sheikh Jarrah. Beberapa keluarga Palestina terancam disuri dari wilayah tersebut.
Laporan Arab News, wilayah Sheikh Jarrah telah menjadi lokasi sengketa selama bertahun-tahun. Pemukim dari Israel ingin bertempat tinggal di wilayah itu.
Kerusahan lantas terjadi di Sheikh Jarrah antara warga Palestina dan polisi Israel.
Pada 9 Mei, pengadilan Israel akhirnya memutuskan menunda sidang sengekta Sheikh Jarrah demi meredakan konflik, demikian laporan Haaretz.
Advertisement
4. Langit Penuh Roket
Setelah kerusuhan di Masjid Al-Aqsa pada 7 Mei 2021, konflik antara Hamas dan Israel akhirnya memuncak.
Kedua pihak saling menembak roket dan saling membalas. Pada 12 Mei 2021, Israel Defence Forces (IDF) menyebut Hamas telah meluncurkan lebih dari 1.000 roket dalam 38 jam terakhir.
Israel mengandalkan sistem pertahanan Iron Dome untuk menangkal roket-roket Hamas di langit. Strategi Israel tidak hanya defensif, melainkan ofensif.
IDF mengklaim roket-roket mereka menarget fasilitas kunci milik Hamas, seperti bank dan tempat persenjataan. Salah satu yang dihancurkan adalah gedung yang juga menjadi kantor Associated Press (AP) dan Al Jazeera. Israel berkata kantor itu juga dipakai Hamas.
Meski IDF berkata hanya menyerang target Hamas, korban-korban jiwa dari pihak sipil terus berjatuhan, kebanyakan di pihak Palestina. Hingga Minggu (16/5), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berkata korban tewas sudah lebih dari 150 orang, termasuk anak-anak dan wanita.
5. Respons Pemerintah Dunia
Respons dunia umumnya prihatin terhadap situasi di Gaza dan Yerusalem. Namun, tidak semua pemimpin mengecam Israel.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berkata Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri. Pihak Gedung Putih berkata tujuan utama AS adalah de-eskalasi dan perdamaian.
Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, berkata AS siap bekerja sama dengan pihak-pihak yang punya pengaruh kepada Hamas, seperti Mesir dan Tunisia, agar situasi konflik mereda.
Posisi AS adalah Hamas merupakan organisasi teroris.
Presiden Jokowi, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin, dan Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei telah memberikan pernyataan bersama. Ketiga pemimpin "mengutuk dalam istilah terkuat" terhadap agresi yang dilakukan Israel.
Sementara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkata didukung sejumlah negara-negara Eropa, seperti Jerman dan Belanda. PM Netanyahu juga berterima kasih pada dukungan dari Australia.
Advertisement