Liputan6.com, Gaza - Raja Yordania Abdullah pada Minggu (16/5) mengatakan kerajaannya terlibat dalam diplomasi intensif untuk menghentikan apa yang disebutnya eskalasi militer Israel dalam kekerasan terburuk Israel-Palestina dalam beberapa tahun.
Yordania, yang menjaga situs Muslim dan Kristen di Yerusalem, tidak merinci diplomasi itu, yang dikomunikasikan melalui berita di media pemerintah, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (17/5/2021).
Advertisement
Pejabat-pejabat pemerintah Yordania mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kerajaan yang pro-Barat itu memimpin kampanye diplomatik dengan sekutunya dari Eropa dan Amerika untuk menekan Israel agar mengakhiri serangan udara dan artileri terhadap Gaza sejak pertempuran meletus Senin lalu.
Pembentukan negara Palestina di wilayah yang direbut Israel dalam perang tahun 1967 dari Yordania, yang mencakup Tepi Barat dan Yerusalem Timur, adalah prasyarat untuk perdamaian yang abadi, kata Raja Abdullah.
Militer Israel mengatakan bahwa kelompok militan Hamas dan faksi bersenjata lain dalam sepekan ini telah menembakkan lebih dari 2.800 roket dari Gaza.
Saksikan Video Berikut Ini:
Tekanan Pada Israel
Menteri Luar Negeri Yordania Minggu mengatakan tindakan Israel mendorong kawasan itu ke konflik yang lebih luas.
Ribuan warga Yordania, umumnya berasal dari Palestina, turun ke jalan-jalan ibu kota Amman menyerukan kerajaan untuk membatalkan kesepakatan damai dengan Israel.
Di Lebanon selatan, ratusan demonstran mengibarkan bendera Palestina, berkumpul di sisi Lebanon yang berbatasan dengan Israel untuk hari ketiga.
Advertisement