Rela Lepas Pekerjaan Akuntan, Nasabah BRI Siti Aslamiah Pilih Jadi Pengusaha Batik

Siti Aslamiah memulai usahanya pada 2010. Saat itu statusnya masih sebagai karyawati.

oleh Tira Santia diperbarui 17 Mei 2021, 14:58 WIB
Pengusaha batik asal Malang, Siti Aslamiah. Foto: Dok Pribadi

Liputan6.com, Jakarta Siti Aslamiah (52 tahun) merangkak dari nol sebelum sukses menjadi pengusaha batik asal Malang, Jawa Timur. Dia rela meninggalkan pekerjaan sebagai karyawati, untuk memilih menjadi pengusaha batik.

Seperti kebanyakan orang, usahanya tidak langsung menghasilkan kesuksesan. Sebelumnya, Siti Aslamiah mencoba usaha di bidang makanan dengan menjual keripik, namun tidak berjalan lancar.

Tepatnya, perempuan berusia 52 tahun ini memulai usaha pada 2010. Saat itu statusnya masih sebagai karyawati di perusahaan sebagai akuntan.

“Kemudian melihat tetangga kanan kiri saya banyak yang menganggur. Awalnya memang saya ingin pemberdayaan warga sekitar, jadinya saya ingin punya usaha. Sebelum batik itu saya mulai usaha aneka keripik tapi tidak lanjut,” kata Siti Aslamiah kepada Liputan6.com, Senin (17/5/2021).

Pintu peluang terbuka, berkat pelatihan dari disnaker setempat, keinginan Siti memberdayakan masyarakat akhirnya bisa terwujud.

Dari pelatihan ini, dia mempelajari pembuatan batik. Hingga lahir berbagai aneka batik khas Malang buatannya dengan nama “Batik Pandan Arum”.  Selain berjualan batik, dia juga menawarkan jasa menjahit batik.

Sejak awal, usahanya dibantu modal pinjaman dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Pinjaman perdana senilai Rp 100 juta.

Siti memberanikan diri meminjam modal usaha ke BRI karena berpikir bisa membayar angsuran dengan memotong dari gaji sebagai karyawati.

Kenyataannya, akhirnya Siti memutuskan untuk total berhenti bekerja pada 2015, untuk memfokuskan diri pada usaha batik.

Produk batik khas Malang milik Siti ini dibagi menjadi dua jenis. Pertama, batik print yang ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah. Harganya dibanderol mulai dari Rp 125 ribu -Rp 150 ribu per 2 meter kain.

Kedua, batik kontemporer atau batik tulis dengan harga mulai dari Rp 200 hingga Rp 1 juta per 2 meter kain.

Selain menjual bahan kain batik, Siti juga melayani jasa menjahit. “Kami juga ready untuk menjahit langsung kainnya, ongkosnya Rp 65 ribu, untuk gamis Rp 85 ribu-Rp 100 ribu tiap model bajunya,” tambah dia.

Siti memang tidak menyebutkan nominal omzet yang diraih tiap bulan. Dia memastikan memperoleh omzet lumayan besar jika pesanan batik sedang ramai, begitupun sebaliknya.

“Kalau bicara keuntungan Alhamdulillah, kalau orang seperti saya ditanya soal omzet tidak bisa menyampaikan. Tapi yang pasti kalau lagi ramai keuntungan lumayan,” ungkapnya.

Hingga kini, Siti memiliki karyawan tetap dan karyawan Borongan. Pekerjanya didominasi perempuan. Biasanya ketika pesanan ramai, Siti akan mempekerjakan karyawan borongan untuk membantu karyawan tetap.

“Kan biasanya batik itu dipakai ketika ada event atau acara, nah saat tidak ada event maka sepi. Apalagi di masa pandemi terasa banget, untuk menyiasati itu saya menjalankan bisnis lain. Kalau orang seperti ini mengikuti perkembangan tren, misalnya lagi ramai kue kering maka saya jualan sampingan juga,” jelas Siti.

Meskipun penjual batik banyak bertebaran di tanah air, Siti mengatakan batiknya memiliki kelebihan. Seperti batiknya merupakan Khas Malangan. Harganya pun terjangkau dan bisa ditawar.

 

 

Saksikan Video Ini


Raih Penghargaan

Pengusaha batik asal Malang, Siti Aslamiah. Foto: Dok Pribadi

Selain mendapatkan bantuan modal usaha, Siti juga mengikuti pelatihan dari BRI. Pelatihan yang diberikan bermacam-macam, seperti cara menjual barang secara online dan lainnya.

Berkat kerja kerasnya, Siti kini bisa memiliki rumah produksi batik dan butik. Selain menjual lewat butik, dia juga menitipkan batiknya di Gudang oleh-oleh Malang.

Pemasaran lain dengan dibantu reseller batik. Adapula penjualan melalui online seperti Facebook, Instagram dan lainnya.

“Sama ikut pameran-pameran baik mandiri maupun diajak oleh dinas. Bahkan saya sekarang menjadi UMKM binaan Bank Indonesia,” imbuhnya. 

Diakui dalam menjalankan usaha tidak melulu lancar. Siti juga merasakan kesulitan, salah satunya masalah inovasi. Padahal berinovasi itu sangat penting dalam mengembangkan usaha. Dia pun terus menerus mencari inovasi dalam produknya.

Buah kesuksesan, ternyata Siti pernah mendapatkan penghargaan sebagai Wanita Penggerak Wanita di Lingkungan sekitar. Penghargaan ini diberikan Bupati Malang pada saat itu.

Namun sayangnya Siti tidak ingat kapan penghargaan itu diberikan, tapi yang pasti ia bangga bisa mendapatkan penghargaan.

Diakhir, Siti mengaku sangat terbantu dengan pinjaman modal usaha yang diberikan BRI. Tanpa ada campur tangan bank BUMN ini, dipastikan usahanya tidak akan bertahan dan berkembang hingga saat ini.

“Terimakasih kepada BRI yang banyak membantu UMKM termasuk saya yang mengarahkan usaha saya. Semoga makin banyak UMKM yang dibantu,” tutur dia.(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya