Awak Kabin British Airways Menolak Terbang ke India

India merupakan negara yang tengah dilanda tsunami COVID-19 dan masuk dalam "daftar merah" Inggris.

oleh Asnida Riani diperbarui 17 Mei 2021, 20:02 WIB
Kapsul meluncur ke puncak Menara British Airways i360 di Brighton, Inggris, 2 Agustus 2016. Menara yang dinobatkan sebagai bangunan paling ramping di dunia itu memiliki ketinggian yang seluruhnya mencapai 162 meter. (AFP PHOTO/Glyn KIRK)

Liputan6.com, Jakarta - Awak kabin maskapai British Airways tidak hadir untuk penerbangan ke India, salah satu negara terparah yang tengah menghadapi transmisi COVID-19, menurut laporan The Sun, Senin (17/5/2021). Ini kemudian membuat bos maskapai penerbangan terpaksa menulis surat pada staf garis depan, memohon agar mereka "tidak menjauh."

Surat tersebut dilaporkan berbunyi, "Jika Anda tidak merasa nyaman mengoperasikan penerbangan ini, harap lengkapi formulir dan Anda akan dikeluarkan dari daftar (staf penerbangan ke India)." Sementara, perhentian malam di sana telah dibatalkan dalam upaya mendorong awak kabin untuk terbang.

Manajer menggarisbawahi bahwa pemerintah mewajibkan semua penumpang yang bepergian dari India mengikuti tes COVID-19 pra-penerbangan. Kendati, seorang karyawan berkata, "Kru takut bekerja di penerbangan."

Pihak British Airways menyebutkan, "Keamanan pelanggan dan staf selalu jadi prioritas utama kami dan kami mematuhi semua peraturan internasional."

Maskapai ini telah mengurangi frekuensi penerbangan ke India sejak negara tersebut masuk dalam "daftar merah" pemerintah Inggris. Artinya, penumpang dari India dilarang memasuki Inggris, kecuali mereka adalah warga negara Inggris atau Irlandia.

Hingga sekarang, British Airways masih mengoperasikan tujuh layanan dalam seminggu dari beberapa kota di India. Masuk dalam daftar tersebut adalah Delhi, Mumbai, Bangalore, dan Hyderabad.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Cabut Larangan Perjalanan Luar Negeri

Pembeli berjalan kaki membawa tas belanjaan di Leicester Square setelah pelonggaran pembatasan virus corona COVID-19 menyusul berakhirnya kebijakan penguncian nasional atau lockdown kedua di Inggris, di London, Sabtu (5/12/2020). (AP Photo/Alberto Pezzali)

Aturan pembatasan COVID-19 di Inggris sendiri memang mulai dilonggarkan, namun Perdana Menteri Boris Johnson memperingatkan warga untuk tetap memainkan peran mereka dalam mencegah penyebaran virus corona baru.

Bersama kebijakan itu, menurut laporan BBC, Inggris juga telah mencabut larangan perjalanan luar negeri. Sistem lampu lalu lintas pun diberlakukan, melansir laman CNN, dengan negara-negara dibagi dalam tiga kategori berdasarkan tingkat infeksi dan vaksinasi COVID-19 mereka, di samping prevalensi varian virus yang dikhawatirkan.

"Daftar hijau" bagi bagi turis Inggris, yakni Portugal termasuk Azores dan Madeira, Australia, Selandia Baru, Singapura, Brunei, Islandia, Kepulauan Faroe, Gibraltar, Kepulauan Falkland, Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan, St. Helena, Ascension & Tristan da Cunha, serta Israel.

Prancis, Yunani, Spanyol, dan Italia dimasukkan ke dalam "daftar kuning," yang berarti para pelancong akan diminta karantina selama 10 hari setelah kembali ke Inggris. Sementara, Turki, Maladewa, dan Nepal ditambahkan ke "daftar merah" Inggris bersama Afrika Selatan, India, Namibia, dan Uni Emirat Arab.

Menteri Transportasi Inggris, Grant Shapps, mengatakan, "Setiap tiga minggu sejak dibuka kembali (perjalanan internasional), kami akan meninjau negara-negara tersebut untuk melihat bagaimana dan di mana kami dapat memperluas daftar hijau. Jadi ini hanyalah langkah pertama."


Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah

Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya