Surplus Neraca Perdagangan April 2021 Diprediksi Menyusut

Penurunan surplus neraca perdagangan dipengaruhi laju bulanan ekspor yang melambat.

oleh Andina Librianty diperbarui 18 Mei 2021, 10:30 WIB
Sebuah kapal melintas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (11/1/2021). Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia (BI), meningkat dari capaian pada periode yang sama 2019 yang mengalami defisit 3,51 miliar dolar AS. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2021 menyusut dibanding pencapaian bulan sebelumnya. Neraca perdagangan pada April 2021 diprediksi surplus USD 1,17 miliar.

"Neraca perdagangan April diperkirakan tercatat surplus USD 1,17 miliar dari bulan sebelumnya yang tercatat surplus USD 1,57 miliar," kata Josua dalam keterangannya pada Selasa (18/5/2021).

Menurutnya, penurunan surplus neraca perdagangan dipengaruhi laju bulanan ekspor yang melambat, atau lebih dalam dibandingkan laju bulanan impor. Kinerja ekspor diperkirakan tumbuh sekitar 43,5 persen (yoy) atau minus 4,9 persen (mom).

Kinerja ekspor tersebut ditopang peningkatan harga komoditas ekspor seperti CPO 4,24 persen (mom) dan biji besi tumbuh 6,93 persen (mom). Meskipun harga komoditas ekspor lainnya seperti batubara dan karet alam masing-masing tercatat minus 2,84 persen (mom) dan minus 5,8 (mom).

"Selain itu, aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Uni Eropa, AS, Tiongkok, Jepang dan India menunjukkan tren peningkatan pada April 2021, yang terindikasi dari indeks PMI manufaktur dari negara-negara tersebut dan secara global," kata Josua.

Dari sisi impor, laju impor diperkirakan berkisar 29,87 persen (yoy) atau minus 3,0 persen (mom).

"Kinerja impor didorong oleh impor bahan baku, sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur domestik mengingat indeks PMI manufaktur bulan April mencatatkan rekor dengan level tertinggi di level 54,6," kata Josua.

Josua mengatakan, aktivitas impor juga didorong barang konsumsi, mempertimbangkan aktivitas konsumsi domestik yang menunjukkan tren meningkat pada bulan Ramadan. Hal ini terindikasi dari indeks kepercayaan konsumen, dan ekspektasi peningkatan penjualan ritel pada April 2021.

"Sehingga, volume impor pun diperkirakan meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitas konsumsi domestik,dan produktivitas dari sisi produksi," ungkap Josua.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Neraca Perdagangan pada Kuartal I 2021 Surplus USD 5,52 Miliar

Suasana bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (11/1/2021). Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia (BI), neraca perdagangan Indonesia pada Januari-November 2020 mencapai surplus 19,66 miliar dolar AS. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Menteri Perdagangan M. Lutfi mengatakan, perkembangan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2021 mengalami surplus hingga USD 1,57 miliar, sehingga surplus pada kuartal I (Januari-Maret 2021) mencapai USD 5,52 miliar.

“Menurut hemat saya sangat baik, Jadi neraca perdagangan Januari-Maret 2021 surplus kira-kira USD 5,52 miliar,” kata Mendag dalam konferensi pers tentang Kinerja Perdagangan Bulan Maret 2021, Jumat (16/4/2021).

Mendag menjelaskan, hal itu terlihat berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa ekspor Indonesia pada Maret tahun 2021 tercatat USD 18,3 miliar, dimana ekspor non migasnya berjumlah USD 17,45 miliar dan migasnya berjumlah USD 0,91 miliar.

“Sedangkan impornya totalnya USD 16,79 miliar, komponennya adalah non migas USD 14,51 miliar dan migasnya USD 2,8 miliar,” ujarnya.

Sehingga ekspor non migas tahun 2021 sebesar USD 17,45 miliar pertumbuhannya 21,21 persen MoM atau bulan terhadap bulan lalu. Kemudian, pertumbuhannya jika dibandingkan antara Januari-Maret 2021 dan Januari-Maret 2020 terdapat pertumbuhan 17,14 persen.

“Kemudian impornya juga terjadi pertumbuhan dan ini menunjukkan bahwa kegiatan perekonomian berjalan dengan baik,” ungkapnya.


Impor Meningkat

Menurutnya, jika dibandingkan antara bulan terhadap bulan (Month on Month) pada Maret 2021 impornya terjadi kenaikan sebesar 21,3 persen. “Kalau kita lihat dari pertumbuhan impor non migas kumulatif Januari-Maret 2021 maka terjadi pertumbuhan yaitu 13,06 persen dari USD 38,25 miliar,” ujar Mendag.

Mendag menyebut, ekspor non migas yang berjumlah USD 17,45 miliar ini merupakan nilai total ekspor bulanan tertinggi sejak bulan Agustus 2011 yang mencapai USD 18,81 miliar.

“Ekspor non migas kita yang berjumlah USD 17,45 miliar ini adalah ekspor non migas terbesar, tertinggi dibandingkan dalam sejarah. Jadi ekspor total kumulatif sebenarnya tinggi, tetapi pada bulan Agustus 2011, tetapi ekspor non migas kita bulan Maret ini adalah tertinggi dalam sejarah terutama pasca krisis tahun 1998,” jelas Mendag.

Dengan demikian, Mendag menegaskan kembali bahwa impor Indonesia meningkat lumayan tinggi pada Maret 2021 yakni 21 persen dibanding bulan lalu. Namun, nilai ekspornya lebih tinggi lagi dibanding bulan lalu yaitu 21, 21 persen.

“Ini menunjukkan terjadi pertumbuhan ekonomi yang sehat,” pungkasnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya