Dipecat karena Pandemi, Kisah Para Pramugari yang Bangkit Kembali Setelah Kehilangan Mimpi

Pandemi Covid-19 mempersulit gerak industri penerbangan. Para pramugari terkena imbasnya. Ribuan dari mereka terpaksa diberhentikan karena perusahaan menanggung kerugian besar.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 18 Mei 2021, 09:33 WIB
Ilustrasi kabin pesawat. (dok. Kelly Lacy/Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 menciptakan berbagai kisah menarik, terutama dari mereka yang terdampak langsung oleh situasi tak menentu dan pembatasan perjalanan di mana-mana. Para pramugari Cathay Dragon salah satunya. Maskapai penerbangan asal China yang masih satu grup dengan Cathay Pasific Airways itu ditutup pada Oktober lalu dan menyebabkan ribuan pekerja kehilangan mata pencaharian.

"Kami tidak hanya kehilangan pekerjaan kami, tapi juga mimpi kami," kata Ivy To Wing-ying (30), yang bermimpi menjadi pramugari sejak kecil. Ia telah berkarier di profesi itu selama tujuh tahun.

Dalam semalam, ia menjadi salah satu dari ribuan awak kabin yang di-PHK akibat kebijakan penutupan penerbangan internasional. Situasi tersebut menyebabkan kerugian terbesar bagi setiap maskapai di mana pun, termasuk bagi Cathay.

Meski sulit, serikat pekerja membantu para awak kabin menemukan pekerjaan lain. Profesionalisme dan etika kerja yang didapat setelah bertahun-tahun bekerja sebagai pramugari mampu mengantarkan mereka ke karier yang baru.

Wakil Kepala Serikat Pramugari Cathay Pasific Airways, Amber Suen Tak-yin mengungkapkan enam bulan pertama adalah masa tersulit bagi mereka yang dipecat. Beberapa dari mereka ada yang tetap berkarier di industri jasa, tetapi banyak pula yang merintis karier di sektor makanan dan minuman.

"Beberapa di antara mereka juga beralih ke pekerjaan administrasi," kata pramugari berusia 31 tahun itu.

Amber juga akhirnya beralih profesi menjadi manager lapangan untuk sebuah restoran Italia di Sheung Wan, Crit Room. Ia bekerja lima hari seminggu mulai pulu 11.30 pagi hingga 10 malam. Itu perubahan besar baginya tetapi ia menyebut pengalamannya di maskapai telah membantunya.

"Aku tidak merasa panik ketika tiba-tiba pengunjung marah-marah. Kami dilatih untuk tetap tenang apapun yang terjadi," ucapnya.

Keterampilan mantan pramugari melayani konsumen itu juga diakui sang pemilik restoran, Barrie Ho Chow-lai. Ia bahkan mempekerjakan empat awak kabin lainnya, lelaki dan perempuan, sebagai pekerja paruh waktu.

"Kami tidak khawatir tentang standar mereka," ucap dia. "Cara mereka dilatih sangat sempurna untuk industri hospitality," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kisah Pramugari Lain

Ilustrasi pramugari (dok. Pixabay.com)

Pengalaman lain juga dibagikan oleh mantan awak kabin Cathay Dragon, Jasmine Lau. Warga Hong Kong itu mengirimkan ratusan lamaran ke sejumlah tempat setelah kehilangan pekerjaannya. Dalam sebuah wawancara kerja, ia diberitahu bahwa ia bukanlah satu-satunya mantan pramugari yang mendaftar untuk lowongan itu.

Pengalamannya bekerja sebagai customer service diabaikan oleh perekrut dan dia dianggap sebagai anak baru. Situasi tersebut sempat membuatnya depresi dan terus menerus menangis. Dua bulan kemudian, ia dipekerjakan sebagai customer service di sebuah perusahaan asuransi. Pendapatannya sedikit lebih rendah dibandingkan sebelumnya.

Hari pertamanya bekerja membuatnya stres karena ia menyadari empat pekerja baru lainnya masih berusia 20-an. Ia juga sempat terintimidasi bagaimana rekan kerjanya itu mampu mengetik sangat cepat, sedangkan ia jauh lebih lambat. Tapi setelah empat bulan, ia mengaku sudah mampu mengikuti kecepatan mereka.

"Aku sangat bangga dengan itu," kata Jasmine sambil tertawa.

Beberapa perusahaan asuransi yang mempekerjakan mantan pramugari dan petugas darat maskapai mengaku merekrut mereka karena mereka sudah terlatih dan berpengalaman menangani pelanggan secara langsung. Pada Desember 2020, Prudential memperkerjakan lebih dari 60 mantan pekerja maskapai. AIA bahkan mempekerjakan lebih dari jumlah itu pada tahun lalu.

Keterampilan menangani pelanggan yang banyak menuntut merupakan aset terpenting yang dimiliki para awak kabin. Maka, tak heran para perekrut sangat memperhatikan hal itu. Begitu pula dengan Elaine Tsui Yuk-ling, mantan pramugari yang juga co-founder TeamStork, sebuah start-up yang baru diluncurkan pada Januari 2021.

Perusahaan itu menyediakan layanan asisten perawatan personel, serupa nanny yang mendampingi para ibu baru setelah persalinan. Ia pun merekrut sejumlah mantan awak kabin dan petugas darat Cathay Pasific dan Cathay Dragon untuk pekerjaan itu.


Kondisi Pariwisata Setelah Setahun Pandemi

Infografis . Setahun Pandemi Covid-19, Pariwisata Dunia dan Indonesia Terpuruk

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya