Misinformasi Covid-19: Tips Agar Tak Terjebak Ikut Menyebarkannya

 Misinformasi juga menjadi musuh dan ancaman yang serius untuk menangani pandemi covid-19 dengan cepat dan tepat.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Mei 2021, 15:00 WIB
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Misinformasi adalah ancaman besar yang tidak hanya bagi Indonesia, tapi juga secara global. Misinformasi juga menjadi musuh dan ancaman yang serius untuk menangani pandemi covid-19 dengan cepat dan tepat.

Sudah banyak informasi yang tepat dikonfirmasi untuk menangkal hoaks, termasuk soal covid-19. Tapi, fakta tersebut juga tidak dapat menghentikan klaim yang tidak benar saat menyebar baik secara online maupun offline.

Seringkali orang juga enggan menyisihkan waktunya untuk sekedar memeriksa kebenaran informasi tersebut. Dilansir dari The Conversation, seorang peneliti dari Universitas Nevada Las Vegas, Emma Frances Bloomfield melakukan riset terkait bagaimana misinformasi secara ilmiah menyebar dan bagaimana menanganinya.

Emma menemukan beberapa poin yang dapat menjadi pertimbangan bagi kita sebagai masyarakat dan konsumen informasi agar tidak mudah menyebarkan informasi yang dianggap benar tetapi tidak benar, termasuk soal covid-19.

Serta sebagai masyarakat juga dapat membantu mengurangi penyebarannya dengan berbicara dan mengedukasi lingkungan kita. Beberapa poin tersebut adalah:

1.      Apakah layak dilibatkan?

Pertama kali yang harus dilakukan adalah melihat pertimbangan dan situasinya. Apakah anda memiliki hubungan pribadi dengan mereka? Apakah mereka juga akan menghargai pendapat anda?

Situasi ini perlu diperhatikan agar dapat membantu anda memutuskan apakah anda ingin dan butuh memulai percakapan untuk memperbaiki misinformasi yang mereka terima. Mengoreksi misinformasi akan terbantu dengan adanya kekuatan hubungan anda dan mereka.

 

Saksikan Video Cek Fakta di Bawah Ini


Selanjutnya

2.      Tidak bersifat menggurui

Pendekatan yang dilakukan harus bersifat diskusi dan berdialog. Penting untuk tidak bersifat menggurui. Misal, ketika berbicara dengan skeptis, sikap yang kita tunjukan akan memengaruhi keberhasilan dari dialog.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menciptakan ikatan bersama dan berjuang dalam menemukan informasi yang akurat. Cara lainnya juga adalah mengatakan bahwa informasi yang beredar sangat banyak, dengan ini akan membantu seseorang merasa nyaman untuk mengubah sikapnya dan menerima informasi baru.

3.      Tawaran untuk bertukar informasi

Strategi lainnya yang dapat dilakukan adalah memperkenalkan mereka pada sumber baru. Dengan cara lain untuk setiap sumber yang telah kita baca, tawarkan mereka juga untuk membaca sumber yang kita baca. Banyaknya misinformasi didapatkan dari sumber yang tidak dipercaya. Tawarkan mereka pada sumber yang memang terpercaya dan akurat, seperti panel milik lembaga tertentu atau pemerintah.

(MG/Jihan Fairuz)


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya