Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog membukukan penjualan sebesar Rp 27,6 triliun pada 2020. Capaian tersebut berasal dari penjualan produk komersial sebesar Rp 17,2 triliun dan Rp 10,4 triliun dari penjualan produk beras PSO.
"Audit tahun 2020, Bulog membukukan penjualan sebesar Rp 27,6 triliun," kata Direktur Keuangan Perum Bulog, Bagya Mulyanto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI dengan Perum Bulog, Jakarta, Selasa (18/5).
Advertisement
Namun, pada tahun 2020 perusahaan membayar bunga utang sebesar Rp 1,67 triliun. Sehingga rugi bersih tahun 2020 sebesar Rp 821 miliar.
"Sehingga rugi bersih kami sebesar Rp 821 miliar," kata dia.
Awal Tahun 2021 Perum Bulog Cetak Laba Rp 91 Miliar
Sementara itu sampai dengan 30 April 2021, Perum Bulog telah membukukkan laba sebesar Rp 91 miliar dari neraca total aset Rp 21,6 triliun. Dari total aset tersebut sebanyak Rp 14,5 triliun berupa pinjaman perusahaan kepada Bank BUMN dengan bunga komersial yakni 8 persen.
"Sebesar 14,5 triliun berupa pinjaman ke bank BUMN dengan tingkat beban bunga komersil 8 persen dan ini di sisi aktiva wujud utang ini beras CBP sebesar tersebut," kata dia.
Dia menambahkan tahun 2019 Perum Bulog telah membayar Rp 2,5 triliun dari total pinjaman perusahaan. Lalu tahun 2020 beban utang yang dibayarkan Rp 1,67 triliun. Sedangkan tahun ini perusahaan akan membayarkan bunga sebesar Rp 1,3 triliun.
"Kami memang kena beban bunga yang mantap. Insyaallah tahun 2021 beban bunga yang akan dibayarkan Rp 1,3 triliun," kata dia.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bos Bulog: Sampai Akhir 2021 Tak Ada Impor Beras
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso memastikan tidak akan ada impor beras hingga akhir tahun 2021. Alasannya cadangan beras pemerintah (CBP) sudah terpenuhi.
"Sampai akhir tahun ini Bulog tidak akan impor beras dari luar negeri karena kebutuhan CBP ini sudah terpenuhi," kata Budi Waseso dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI dengan Perum Bulog, Jakarta, Selasa (18/5).
Buwas, sapaannya menjelaskan, sampai akhir bulan Mei 2021, cadangan beras bulog mencapai 1,5 juta ton. Penyerapan beras dari petani pun masih berlanjut hingga bulan Juni mendatang.
"Bulog ini punya stok yang mendekati 1,5 juta ton sampai bulan ini. Kita masih mungkin serap sampai Juni dan bulan Mei ini masih bisa bertambah," tuturnya.
Selain itu, pada bulan Agustus dan September, masih ada ada panen padi gadu di sejumlah wilayah. Sehingga dia memastikan cadangan beras sampai akhir tahun ini masih aman.
"Agustus, September ini akan ada panen gadu, jadi CBP ini sudah terpenuhi. Jadi kita bisa jamin sampai akhir tahun tidak ada impor beras," kata dia.
Sebagai informasi, padi gadu merupakan padi yang dipanen pada musim kemarau. Penanaman padi gadu sering mengalami kekurangan air pada fase primordia yakni pada bulan Juni dan Juli.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Bulog Proyeksikan Stok Beras Capai 1,4 Juta Ton hingga Akhir 2021
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) memperkirakan stok cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog bakal mencapai 1,4 juta ton hingga Juni 2021.
Stok ini dihitung dari sisa cadangan tahun lalu sebesar 800 ribu ton, dan penyerapan hingga Mei 2021 yang diprediksi mencapai 600 ribu ton.
Sekretaris Perusahaan Bulog Awaludin Iqbal memprediksi, stok cadangan beras sebesar 1,4 juta ton juga dapat tercapai hingga akhir tahun ini. Proyeksi itu keluar sesuai dengan perhitungan penyerapan per bulan dan prediksi musim panen yang telah disusun Perum Bulog.
"Total kan target 1,4 juta ton satu tahun. Bukan target sebenarnya, lebih kepada proyeksi untuk estimasi penyerapan kita itu 1,4 juta ton selama satu periode tahun," ujar Iqbal kepada Liputan6.com, Sabtu (24/4/2021).
Secara estimasi, Iqbal menjelaskan, Bulog memang memiliki penugasan untuk menjaga stok cadangan beras pemerintah di kisaran 1-1,5 juta ton. Kebijakan ini telah diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) pada 2018 lalu.
Pasca musim panen tahun ini berakhir, dia memastikan Bulog akan terus menyalurkan beras ke hilir sehingga ketersediaannya di pasar domestik tetap tercukupi.