Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet mengaku menjadi korban daging sapi oplosan menjelang lebaran idulfitri kemarin. Dia mengaku istrinya membeli daging sapi yang ternyata dicampur dengan daging kerbau.
"Istri saya belanja daging sapi, setelah kita terima saya seyakin-yakinnya dan kebetulan saya juga dokter hewan, itu daging kerbau," kata Slamet saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI dengan Perum Bulog, Jakarta, Selasa (18/5).
Advertisement
Artinya, kata Politikus PKS ini terjadi pengoplosan daging sapi menggunakan daging kerbau. Ada pihak yang memanfaatkan keadaan meraup untung dengan melakukan pengoplosan.
"Berarti di lapangan terjadi pengoplosan antara daging sapi dan daging kerbau," kata dia.
Tentunya lanjut Slamet, hal ini merugikan masyarakat. Masyarakat membeli daging sapi namun mendapatkan daging kerbau.
"Dari sisi rakyat, rakyat yang dirugikan. Harganya sapi tapi yang kita dapatkan daging kerbau," ungkap dia.
Untuk itu, dia meminta Perum Bulog bisa mengambil peran dalam pengawasan produk pangan di lapangan. Sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali.
"Pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi agar kasus serupa tidak terjadi lagi," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Daging Kerbau Tak Turun Signifikan saat Lebaran, Ini Kata Bulog
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, perusahaan mendapat penugasan untuk mengimpor daging kerbau dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pada Lebaran 2021. kuota impor daging kerbau yang telah direalisasikan mencapai 13 ribu ton.
Pria yang sering dipanggil Buwas tersebut melanjutkan, impor daging kerbau sedikit mengalami keterlambatan tidak terlepas dari dampak penguncian wilayah (lockdown) dan berkembangnya virus varian baru di India.
"Kenapa ini baru terlaksana karena memang dimulai ada lockdown di sana dan perkembangan covid di India sehingga menghentikan rencana impor kita sementara sambil kita melihat situasi," kata Budi Waseso, Selasa (18/5/2021).
Mengenai dugaan monopoli impor daging kerbau, Buwas menjelaskan, Bulog bukan satu-satunya perusahaan yang mengajukan izin impor. Namun hanya perusahaan tersebut yang telah menandatangani kontrak dan memberikan jaminan.
"(PT) itu yang sudah kontrak sama kami dan siap membelinya pasti. Banyak yang minta (izin impor) tapi tidak memberikan jaminan," kata dia.
Langkah ini diambil Bulog agar tidak terjadi kelebihan impor daging kerbau yang terjadi di tahun 2018. Sebab di tahun tersebut Bulog terpaksa harus mengeluarkan anggaran sebesar Rp 309 miliar untuk menyewa cold storage.
"Di 2018, Bulog terpaksa harus keluarkan sewa cold storage senilai Rp 309 miliar. (Sehingga) tahun ini kita menghindari itu," kata dia.
Buwas mengaku, menjelang Lebaran memang melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga kebutuhan daging. Dalam operasi pasar, Bulog menjual daging kerbau seharga Rp 80.000 per kilogram dan daging sapi Rp 90.000 per kilogram.
"Penyalurannya kita lewat operasi pasar, bukan hanya daging kerbau tapi daging sapi juga dilakukan. Kita jual langsung ke konsumen," kata dia.
Namun, keterbatasan persediaan daging merah milik Bulog membuat penurunan harga secara umum tidak signifikan. Sebab, masyarakat secara umum lebih menyukai daging sapi ketimbang daging kerbau
"Karena keterbatasan Bulog dampaknya tidak signifikan ke penurunan harga daging. daging sapi yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement