Waspada, Fenomena Supercycle Bikin Harga Bahan Pokok Terombang-ambing

Ada beberapa komoditas bahan pokok yang terombang-ambing karena fenomena supercycle di sektor perdagangan dunia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 19 Mei 2021, 12:15 WIB
Pedagang menata dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08% yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengklaim pemerintah telah berhasil mengontrol harga bahan pokok (bapok) selama Ramadhan dan Lebaran 2021 lalu. Namun pasca Lebaran, Kemendag belum bisa menjamin apakah harganya akan terus terjaga.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan meminta masyarakat untuk terus memahami bahwa harga bahan pokok ke depannya belum tentu bisa terus terkendali.

"Tentunya masyarakat harus paham, ini akan terus terjadi penyesuaian, karena pelaku usaha tidak bisa terus menerus jaga itu. Pemerintah akan terus kawal, dan disesuaikan dengan daya beli masyarakat," ujarnya dalam sesi webinar, Rabu (19/5/2021).

Oke menyebutkan, ada beberapa komoditas bahan pokok yang terombang-ambing karena fenomena supercycle di sektor perdagangan dunia. Itu tercermin dari harga tahu dan tempe yang terpengaruh oleh kenaikan nilai jual kedelai pada Lebaran kemarin.

Mengutip catatan Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia untuk pasokan Mei 2021 berkisar USD 15,42 per gantang. Itu naik 8,12 persen dari harga di April 2021 yang dibanderol USD 14,26 per gantang.

"Tahu tempe nanti akan terpengaruh sedikit. Karena bahan baku dari kedelai dari negara pengekspor terganggu dan masuk supercycle. Kita kendalikan secara bertahap dan tetap di koridor yang kondusif," ungkap Oke.

Selain tahu dan tempe, Oke mengatakan, harga daging sapi yang melonjak jelang Lebaran kemarin juga akan terus fluktuatif. Meski begitu, pemerintah disebutnya tetap berkomitmen untuk mengawal harga bahan pokok termasuk daging sapi.

"Lalu di puasa dan Lebaran kemarin juga ada daging sapi akibat kekurangan pasokan. Pola daging sapi tetap diupayakan stabil, dibantu pelaku usaha karena mereka tetap ingin memelihara kondisi yang kondusif. Karena kalau sudah jatuh itu susah dikendalikan," pungkasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Mendag Lutfi: Perlu Ada Tambahan Stok Beras, Gula, dan Daging Sapi

Mendag Muhammad Lutfi hadir pada rapat kerja di ruang rapat Komisi VI DPR RI, kompleks parlemen, Jakarta, Rabu (3/2/2021). Rapat kerja ini membahas realisasi anggaran tahun 2020, rencana kegiatan dan anggaran sesuai daftar isian pelaksanaan anggaranTahun 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, pemerintah pusat dan daerah harus mempererat sinergi guna menghadapi potensi kenaikan permintaan bahan pokok (bapok) menghadapi hari besar keagamaan nasional (HBKN).

"Hari ini saya mengumpulkan 34 kepala dinas atau yang bertanggungjawab tentang perdagangan untuk memastikan ketersediaan seluruh bapok cukup dan harganya stabil. Ke-34 provinsi sudahmelaporkan bahwa bapok tersedia dan harganya stabil, khususnya beras, gula, cabai, minyak goreng, dan daging sapi," ujarnya dalam keterangan tertulis, pada Selasa 13 April 2021.

Mendag Lutfi mengatakan, beberapa komoditas seperti beras, gula, dan daging sapi perlu adanya penambahan pasokan untuk mengantisipasi cadangan stok, iklim ekstrem, kenaikan harga internasional, dan persediaan sebelum musim giling.

Selain itu, komoditas cabai, khususnya varianrawit merah terus mengalami penurunan harga. Hal itu disebabkan adanya penurunan harga di tingkat petani seiring dengan meningkatnya produksi di daerah sentra.

Menurut Mendag Lutfi, beberapa komoditas yang perlu menjadi perhatian, yaitu beras, daging sapi, dan gula.

"Kementerian Perdagangan dan dinas provinsi akan terus memantau program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) beras medium oleh Perum Bulog. Sementara itu, untuk daging sapi, kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk segera memobilisasi sapi daerah sentra produksi ke daerah sentra konsumsi, seperti wilayah Jabodetabek dan Aceh," jelas Mendag Lutfi.


Komoditas Gula

Sedangkan, untuk komoditas gula, Kementerian Perdagangan akan berkoordinasi dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk membahas pendistribusian gula, khususnya ke wilayah Indonesia Timur dan Aceh. Koordinasi tersebut untuk membahas harga jual maksimal dari PT RNI sebesar Rp 10.800 per kg , sehingga harga di konsumen akhir sesuai harga atas Rp 12.500 per kg.

Mendag Lutfi mengungkapkan pentingnya dukungan dari pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Dukungan tersebut yaitu untuk memantau harga bapok di pasar secara intensif, mengidentifikasi kecukupan stok dan ketahanan bapok di pelaku usaha distribusi, dan berkoordinasi dengan tim daerah untuk mencegah aksi-aksi spekulasi.

Selain itu menyiapkan jalur atau rantai distribusi alternatif bila terjadi gangguan distribusi yang mengakibatkan gejolak harga, mengawal kelancaran distribusi beras Bulog dalam program KPSH di pasar rakyat wilayah masing-masing, serta melakukan komunikasi yang baikdengan media terkait informasi stabilisasi harga dan kecukupan stok bapok. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya