Wimar Witoelar dalam Kenangan Pandangan Perubahan Dunia Kuliner

Mendiang Wimar Witoelar sempat berbagai penemuan uniknya tentang kuliner-kuliner di kota besar dunia, termasuk Jakarta.

oleh Asnida Riani diperbarui 19 Mei 2021, 15:02 WIB
Wimar Witoelar. (dok. Instagram @wimarwitoelar/https://www.instagram.com/p/CCuktqUgP9T/)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Wimar Witoelar, meninggal dunia Rabu (19/5/2021). Sebelum mengembuskan napas terakhir, pria 75 tahun ini sempat kritis di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan sejak Rabu, 13 Mei 2021.

Kepergiannya tak pelak menghadirkan duka mendalam bagi banyak pihak. Sebagai sosok inspiratif, kenangan akan Wimar boleh jadi tidak seragam. Terlebih, ia juga acap kali berbagi pandangan tentang berbagai bidang, tidak terkecuali kuliner.

Melalui WIMAR, podcast hariannya produksi Waves, yang diunggah pada 7 Februari 2020, Wimar sempat berbagi perspektif "Perubahan Dunia Kuliner." Narasi dimulai dengan Wimar menyebutkan bahwa masakan Padang merupakan sajian terenak di dunia, setidaknya itu dalam penilaian pribadinya.

"Saya juga pernah lihat orang bule nulis di blog, ada restoran Indonesia terenak di dunia, itu (menyajikan) nasi goreng di Amsterdam. Saya bilang hebat juga. Waktu saya ke Amsterdam, saya cari. Tapi, karena lupa nama restorannya, saya masuk (restoran) lain. Lalu, minta nasi goreng. Ternyata ada dan sangat populer. Lebih gampang dari (menemukan nasi goreng) di Jakarta," tuturnya.

"Jadi, kalau nasi goreng Indonesia terenak justru adanya di Amsterdam, itu sangat mungkin benar karena lebih banyak (penjual) nasi goreng (di Amsterdam) daripada di Jakarta," imbuh Wimar. Pun sama halnya dengan Restoran India yang justru lebih banyak di London, ketimbang New Delhi.

Restoran India terenak yang paling dekat Indonesia, kata Wimar, justru ada di Singapura, yakni Muthu's Curry. "Dengan penemuan-penemuan ini, saya jadi hobi ngecek di mana sih pusat-pusat makanan enak di dunia," tutur Wimar Witoelar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Wisata Kuliner di Jakarta

ilustrasi nasi uduk (sumber: Unsplash)

Berangkat dari penemuan itu, Wimar justru akhirnya menemukan bahwa kekayaan kuliener di Jakarta kian besar. "Dulunya mungkin dikenal hanya lewat nasi uduk, zaman saya kecil, restoran China saja tidak ada," katanya.

Lain dengan sekarang yang sudah menyajikan sederet kuliner tidak hanya berasal dari berbagai wilayah dalam negeri, namun juga sajian sejumlah negara. Karenanya, Wimar malah merekomendasikan makanan berasal dari luar Indonesia bila ada tamu yang berwisata kuliner di Jakarta.

"Misalnya, mau makan gudeg, mungkin lebih enak di Solo. Jadi, pengertian kuliner di Jakarta itu sudah internasional," paparnya. "Sebetulnya banyak sekali pilihan dan mewakili international travel. Ada suasana di sana yang dibawa ke restoran itu."

Keberadaan makanan internasional di suatu kota juga dipengaruhi banyak faktor, tidak semata melihat wilayah itu superpower atau tidak. "Jepang negara kuat, kultur kulinernya juga kuat, makanya kita kenal banyak restoran Jepang. Amerika negara kuat, tapi secara warisan kuliner tidak terlalu kental, makanya hanya ada makanan yang diasosiasikan saja dengan Amerika," katanya.

Maka itu, sebelum kulinernya dikenal, popularitas suatu negara mesti lebih dulu dipromosikan. "Lama-kelamaan kita akan mengulik sendiri kuliner di sana, seperti (restoran) Korea yang beberapa tahun belakangan menjamur," imbuhnya.


Diplomasi Lewat Jalur Kuliner

Diplomasi Lewat Jalur Kuliner (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya