Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berkomitmen mengejar peningkatan ekspor tanaman porang di pasar global. Komoditas ini dinilai punya beragam potensi untuk jadi primadona di pasar ekspor, sekaligus menyumbang pendapatan negara yang sangat besar.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim mengungkapkan, porang merupakan komoditas ekspor yang saat ini sangat potensial dikembangkan.
Advertisement
"Tanaman porang relatif mudah untuk ditanam di semua jenis tanah di iklim tropis, dan tidak mudah terkena penyakit serta tidak rentan cuaca ekstrim," jelas Abdul dalam sesi webinar, Rabu (19/5/2021).
Menurut dia, umbi porang memiliki nilai ekonomis tinggi dan berfungsi sebagai bahan baku berbagai macam industri. Seperti dalam industri makanan, olahan porang dan ekstrak glukomanan selanjutnya digunakan dalam pembuatan mie shirataki, beras konnyaku, pasta porang dan pengental.
"Dalam industri kosmetik, olahan porang digunakan dalam pembuatan pembersih wajah, masker wajah dan bahan pengisi dan pengikat tablet. Olahan porang juga dapat digunakan dalam industri kimia untuk bahan pelapis atau coating, perekat dan pembuatan kertas," paparnya.
Permintaan global terhadap produk turunan umbi porang sangat tinggi dengan pertumbuhan ekspor 2020 mencapai 23,35 persen. Adapun tiga besar negara tujuan ekspor porang yakni China, Thailand dan Malaysia.
Kinerja ekspor tanaman porang tercatat sangat baik. Nilai ekspor pada 2020 lalu tercatat meningkat Rp 1,42 triliun, naik dari 2018 yang hanya mencapai Rp 220 miliar.
Asisten Deputi Penyuluhan pada Deputi Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, Bagus Rachman, mencermati tanaman porang bisa dikembangkan sebagai komoditas strategis pada sektor pertanian rakyat.
"Selain itu ada sebanyak 12,7 juta ha lahan juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan untuk budidaya tanaman porang ini," ujar Bagus.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Permintaan Ekspor Meningkat, Tanaman Porang Sukses Jadi Primadona
Tanaman porang strategis untuk dikembangkan selain kaya manfaat, tanaman ini juga punya peluang yang cukup besar untuk ekspor. Sejak tahun 2019, porang yang tadinya tanaman liar mulai sukses jadi primadona petani.
"Porang sudah jadi primadona dan InsyahAllah akan terus jadi primadona mengingat bahwa itu adalah kebutuhan pokok dan kebutuhan industri," ujar Ketua Umum Petani Penggiat Porang Nusantara (P3N), Ngakib Al-Ghozali, Sabtu (27/2/21).
Ngakib menambahkan di Jepang, porang digunakan untuk memberi makan ratusan ribu pasukan yang sedang berperang di hampir seluruh daratan asia seperti korea, cina dll.
Tahun 1943, Jepang datang menjajah negeri ini bukan untuk mencari rempah rempah seperti orang eropa melainkan untuk mencari makanan utama mereka yakni konjak atau porang bukan beras atau gandum.
"Porang adalah fenomena zaman. Beratus ratus tahun Porang ada di bumi pertiwi ini,di pinggir jurang,di bawah rumpun bambu, di bawah pohon duku dan pepohonan yang rindang,di semak belukar,di hutan lebat, tanpa ada orang kita sudi menengok atau bisa memanfaatkan nya," tambahnya.
Lebih lanjut, Ngakib mengatakan Jepang dan Cina merupakan negara sebagai pengkonsumsi porang belakangan ini namun akhir-akhir ini mengalami kesulitan sehingga stok tanaman porang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
"Tahun 2014 kemarin datanglah mereka ke indonesia untuk cari porang karena memang sumber porang dunia ada di Indonesia,"ucapnya.
Kata, Ngakib, Badan Pangan Dunia FAO memperkirakan krisis pangan terjadi akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan sehingga saat ini berbagai negara berupaya memperkuat ketahanan pangan termasuk Indonesia.
"Porang termasuk pangan favorit di Jepang. Hasil olahan porang biasanya jadi produk diet dan pangan sehat, antara lain, mie dan beras shirataki. Porang bahkan 5 kali lebih baik dari beras. Melihat potensi ini banyak petani saat ini beralih menanam potang," terangnya.
Advertisement
Genjot Tanaman Ekspor
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengatakan Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Mentan Syahrul Yasin Limpo saat ini memang menggenjot pengembangan porang sebagai komoditas ekspor.
Di pasar ekspor, porang banyak dicari sebagai bahan makanan dan industri obat juga kecantikan sehingga harga porang pun menjadi sangat menjanjikan bagi petani.
“Kami akan terus meningkatkan budidaya porang ini dalam berbagai aspek salah satunya dalam pengamanan produksi porang,” ungkapnya.
Saat ini ada 20.000 hektare lahan di Indonesia yang ditanami porang dan terus bertambah. Porang ini sudah diekspor ke 16 negara dengan negara tujuan terbesar China, Thailand, dan Vietnam dalam bentuk chips, tepung dan lainnya.
"Pada tahun 2020, sebanyak 19.800 ton porang diekspor dengan nilai Rp880 miliar,” katanya.
Suwandi juga meminta pihaknya agar terus mengawal dan menuntaskan masalah-masalah pertanian seperti hama dan serangan penyakit dengan melakukan upaya-upaya maksimal. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dan mengamankan produksi komoditas pertanian.
“Semua harus rajin turun ke lapangan, memantau dan mengamankan pertanaman.Lakukan sosialisasi cara yang benar pengendaliannya, supaya bisa memberikan faedah bagi petani sehingga kesejahteraan petani meningkat,” tutup Suwandi.