Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, jumlah pengunjung tempat wisata mengalami kenaikan signifikan di masa pra lebaran, lebaran hingga pasca lebaran.
Berdasarkan data Kemenko Perekonomian, kenaikan jumlah orang di lokasi wisata mencapai angka 38,42 persen hingga 100,8 persen.
Advertisement
"Memang terjadi lonjakan di wilayah aglomerasi, yaitu yang dikaitkan dengan lokasi wisata, ini sudah diatur dengan PPKM mikro, untuk zona oranye dan merah, dan kita lihat diminta kepada pemda untuk mengatur dengan ketat," ujar Airlangga dalam Halabihalal dan Diskusi Menko Perekonomian, Rabu (19/5/2021).
Secara rinci, pada periode 5 hingga 8 Mei, jumlahnya terpantau sebesar 103.404 orang dan melonjak menjadi 143.130 orang pada periode 12 hingga 15 Mei (naik 38,42 persen).
Kenaikan tertinggi terjadi pada periode 7 hingga 8 Mei dari 55.398 orang menjadi 111.223 orang pada periode 14 hingga 15 Mei (naik 100,8 persen) Sementara, jumlah pengunjung wisata pada tanggal 13 Mei atau saat lebaran berlangsung cenderung sedikit, yaitu 8.694 orang.
"Angka kepatuhan protokol kesehatan di lokasi wisata bervariasi, kepatuhan menjaga jarak lebih rendah dibanding memakai masker," demikian dikutip dari paparan Menko Airlangga.
Selain itu, mobilitas masyarakat ke pusat perbelanjaan juga naik di 2 pekan terakhir bulan Ramadan. Secara rata-rata, mobilitas masyarakat naik 10,8 persen di minggu ke-2 Ramadan, naik menjadi 21,48 persen di minggu ke-3 dan kembali melonjak menjadi 37,93 persen di minggu ke-4.
Kenaikan mobilitas tertinggi terjadi di Papua Barat (+59,5 persen), Maluku Utara (+50,14 persen), Gorontalo (+46,39 persen), Sulawesi Barat (+43,3 persen) dan Sumatera Barat (+43,21 persen).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pembatasan Kapasitas Tempat Wisata Tak Efektif, Indonesia Diminta Tiru Eropa
Sejumlah tempat wisata di DKI Jakarta ditutup sementara hingga 17 Mei 2021. Penutupan ini dilakukan menyusul ditemukannya kerumunan pengunjung yang berpotensi menularkan virus Covid-19.
Kendati pembatasan kapasitas diterapkan, kerumunan tak dapat dihindari. Namun jika tempat wisata ditutup, maka akan berdampak pada sektor ekonomi.
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudistira mengatakan, terdapat beberapa alternatif pembukaan tempat wisata yang bisa diterapkan agar pengendalian lebih mudah dilakukan, salah satunya dengan menerapkan travel bubble.
"Banyak inovasi yang bisa dilakukan misalnya travel bubble, dimana wisatawan yang berkunjung di daerah wisata harus sudah divaksin dulu. Ini juga untuk win-win solution agar wisata bergerak tapi dengan jumlah turis yang dibatasi," kata Bhima kepada Liputan6.com, Senin (17/5/2021).
Bhima menegaskan, pembukaan tempat wisata saat ini bersifat mass tourism, yang mana semua orang bebas ke tempat wisata. Dengan menerapkan syarat tertentu, maka pembatasan gerak masyarakat bisa dilakukan dengan lebih baik.
Dirinya mencontohkan, di Eropa, salah satu strategi pembukaan tempat wisatanya ialah dengan kerjasama pengelola pariwisata dan negara asal wisatawan mancanegara.
"Misalnya Spanyol yang membolehkan warga Jerman dan Inggris beriwisata dengan EU green digital certificate atau sertifikasi untuk membuktikan sudah di vaksinasi, ditest atau sudah sembuh dari Covid-19," katanya.
Selain itu, secara paralel pemerintah memang perlu lanjutkan bantuan kepada pelaku usaha pariwisata dengan perpanjang relaksasi pinjaman.
"Bagi pekerja di jasa terkait pariwisata harus di subsidi besar besaran berupa bantuan upah selama 5 bulan minimal," ujarnya.
Advertisement