Liputan6.com, Washington D.C - Amerika Serikat pekan ini mengumumkan akan membagikan 20 juta dosis tambahan vaksin COVID-19 selain 60 juta yang sudah dijanjikan sebelumnya.
Namun, sejauh ini belum diketahui ke mana vaksin itu akan dikirim.
Advertisement
Koordinator Departemen Luar Negeri AS untuk Respons COVID-19 Global, Gayle Smith mengesampingkan masalah itu selama telekonferensi, meskipun berulang kali ada desakan pertanyaan dari wartawan di Karibia, India, Brazil, Afrika, Asia Timur, dan Uni Eropa.
Namun, Smith menekankan, AS bekerja sama dengan fasilitas global COVAX untuk menentukan di mana vaksin paling dibutuhkan, dan bagaimana vaksin itu didistribusikan dengan cara yang paling adil.
“Kami belum membuat keputusan tentang alokasi," kata Smith, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (20/5/2021).
"Kami akan menyampaikan informasi itu dalam waktu dekat. Apa yang kami lakukan adalah melihat setiap wilayah di dunia dan kami sangat menyadari cakupan vaksin yang sangat rendah di benua Afrika," jelasnya.
Dari 1,4 miliar dosis vaksin yang diberikan di seluruh dunia, hanya 24 juta yang telah mencapai Afrika atau kurang dari 2%, menurut perkiraan pakar kesehatan di PBB.
Smith juga menekannya, bahwa Terlepas dari kenyataan bahwa musuh utama AS, China, dan Rusia, meningkatkan donasi vaksinnya sendiri di seluruh dunia, langkah AS ini bukanlah kasus "diplomasi vaksin".
Secara berulang kali, Smith menekankan bahwa AS akan mendistribusikan sesuai dengan kebutuhan, dan bukan untuk mencari dukungan.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Keputusan Distribusi akan Dibuat Berdasarkan Kebutuhan
"Pandangan kami, terkait diplomasi vaksin - dan menurut saya hal ini sangat penting, vaksin merupakan alat untuk kesehatan masyarakat. Vaksin adalah sarana untuk mengakhiri pandemi ini. Kita tidak memandang dan tidak bermaksud menggunakannya sebagai sarana pengaruh atau tekanan. Dan keputusan kita akan dibuat berdasarkan kebutuhan, data kesehatan masyarakat, dan sekali lagi, kolaborasi dengan mitra utama, termasuk COVAX,," kata Smith.
Namun, ia juga mencatat bahwa AS adalah donor vaksin terbesar untuk fasilitas COVAX, dan mendesak negara-negara kaya lainnya untuk bertindak.
Dikatakannya juga bahwa donasi vaksin ini akan disertai dengan investasi di lokasi pembuatan vaksin di seluruh dunia, dan bantuan AS untuk meningkatkan akses negara lain pada pengobatan dan pengujian.
Presiden Joe Biden, ketika mengumumkan sumbangan vaksin awal pekan ini, menjelaskan alasannya untuk mengirimkan vaksin ini, yang sebagian besar didanai oleh pembayar pajak AS, ke seluruh dunia.
"Ada banyak pembicaraan tentang Rusia dan China yang mempengaruhi dunia dengan vaksin Kita ingin memimpin dunia dengan nilai-nilai , inovasi dan kreativitas kita, dan kesantunan mendasar rakyat Amerika. Sama seperti dalam Perang Dunia II, Amerika adalah sumber demokrasi, dalam pertempuran melawan pandemi COVID-19, bangsa kita akan menjadi sumber vaksin bagi seluruh dunia," ujar Biden.
Advertisement