Liputan6.com, Cirebon - Oman salah seorang juru kunci di kompleks pemakaman Sunan Gunungjati Cirebon tengah sibuk menyingkirkan koin atau uang receh yang dilemparkan peziarah di Bangsal Pasujudan dalam acara tradisi Gerebeg Syawal.
Tak hanya koin, para peziarah pun menabur bunga hingga wewangian di depan pintu pasujudan yang mengarah langsung ke makam Sunan Gunung Jati.
"Ini sudah tradisi juga dan peziarah meyakini tradisi lempar koin atau bunga maknanya untuk mendapat berkah barokah setelah ziarah. Kalau hasil lemparan koin nya untuk keperluan pengelolaan kompleks makam dan honor juru kunci," ujar dia, Kamis (20/5/2021).
Baca Juga
Advertisement
Grebeg Syawal menjadi salah satu tradisi turun temurun yang dilakukan keluarga keraton di Cirebon dengan mengunjungi makam para leluhur mereka di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati Cirebon.
Dalam tradisi ini, hanya keluarga keraton keturunan langsung yang boleh masuk berziarah ke makam Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Prosesi gerebeg syawal dimulai dari keluarga Kesultanan Kanoman Cirebon memasuki beberapa pintu. Diawali dari Bangsal Pasujudan, kemudian keluar melalui pintu Penganten hingga berakhir dan istirahat di bangsa Pesanggrahan.
Di pintu pesanggrahan, keluarga Kesultanan Kanoman Cirebon beristirahat sejenak untuk berdoa dan makan bersama di pintu pesanggrahan. Setelah itu, mereka berbagi rejeki dengan tradisi surak atau menabur koin kepada warga yang datang ikut Gerebeg Syawal.
"Ini kegiatan rutin tahunan yang diadakan Kesultanan Kanoman dan keluarga besar Kanoman. Dan kegiatan kami selalu mengikuti protokol kesehatan anjuran pemerintah. Kami memohon maaf apabila ada kekurangan dalam rangkaian Gerebeg Syawal ini," kata Patih Kasultanan Kanoman Cirebon Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Makna
Pada kegiatan tersebut, Patih Qodiran mengatakan keluarga Kesultanan Kanoman mendoakan keselamatan, kesehatan dan keamanan seluruh umat di dunia. Patih Qodiran berharap pandemi Covid-19 yang sedang mewabah agar segera hilang dari muka bumi.
Budayawan Cirebon Mustaqim Asteja mengatakan kegiatan tradisi tersebut merupakan turun temurun dilakukan oleh keluarga Kasultanan Kanoman Cirebon.
"Gerebeg syawal intinya tradisi ziarah bersama-sama dipimpin oleh Sultan Kanoman bersama famili, kerabat dan masyarakat setempat. Berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati sebagai leluhur Cirebon," ujar Mustaqim.
Dia menjelaskan, esensi dari Gerebeg Syawal adalah wujud rasa syukur masyarakat Cirebon setelah berpuasa di bulan ke 9 bulan Ramadan. Disempurnakan dengan enam hari puasa di bulan Syawal.
Gerebeg Syawal, kata dia, sebagai bagian dari bakti anak kepada orang tua yang sudah membesarkan anak cucu.
"Esensi lain yaitu zikir maut kita mengingat mati dan jasa besar leluhur kita ketika membangun Cirebon yang patut menjadi tauladan bagi anak cucu dan masyarakat Cirebon secara umum. Jadi ibarat bayi baru lahir kembali suci kembali fitri," ujar dia.
Advertisement