Liputan6.com, Jakarta - Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) melaporkan bahwa saat ini mulai ada peningkatan penggunaan tempat tidur untuk COVID-19 yang signifikan di beberapa provinsi.
Lia G. Partakusuma, Sekretaris Jenderal PERSI mengatakan bahwa berdasarkan laporan dari sekitar seribu rumah sakit COVID-19 di Indonesia, bed occupancy ratio (BOR) yang ada masih sekitar 30 persen atau lebih rendah dari itu.
Advertisement
"Tetapi kalau kita lihat per provinsi, itu sudah ada beberapa provinsi yang memang menunjukkan angka peningkatan yang cukup signifikan," kata Lia dalam dialog virtual KPCPEN pada Kamis (20/5/2021).
Lia mengatakan, sudah ada provinsi yang peningkatan BOR-nya di atas 50 persen seperti Aceh dan Sulawesi Barat. "Bahkan Aceh bisa lebih dari 100 persen kenaikan pasien COVID-nya," ujarnya
Selain itu ada juga yang peningkatannya mencapai 25 sampai 50 persen yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Riau. "Serta yang 10 sampai 24 persen yaitu Babel (Bangka Belitung), Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jambi," kata Lia.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Semakin Banyak yang Positif, Semakin Banyak yang Dirawat
Beberapa provinsi juga dilaporkan mengalami peningkatan BOR, misalnya Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun menurut Lia, angkanya masih di bawah 10 persen.
Lia kembali mengatakan bahwa dari 100 persen pasien COVID-19, memang data menunjukkan 80 persen di antaranya tanpa gejala dan tidak membutuhkan perawatan.
Namun, 20 persen mengalami gejala ringan, sedang, dan berat, dengan 5 persen di antara mereka membutuhkan perawatan yang khusus.
"Jadi artinya kalau semakin banyak jumlah pasien yang positif COVID. Bisa dipastikan jumlah orang yang harus dirawat semestinya juga naik," ujarnya.
Terkait hal ini, Lia mengatakan bahwa hampir setiap minggu atau dua kali seminggu, rumah sakit dikumpulkan oleh Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan informasi mengenai kesiapsiagaan yang harus dilakukan.
"Kasus per hari sekarang kan memang 4 ribuan, tapi kalau naik terus, sampai 7 ribu, 8 ribu pada waktu yang bersamaan, pasti rumah sakit itu kolaps dan tidak bisa membantu dengan maksimal. Itu yang kita khawatirkan, apalagi kalau dalam waktu bersamaan."
Advertisement